Mohon tunggu...
Tubagus Al Amin
Tubagus Al Amin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hidup dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buku Tua Terbitan Tahun 1876

10 Oktober 2014   15:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:37 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini aku melihat, memegang dan membaca buku berbahasa Belanda yang usianya sudah lebih dari satu abad. Buku asli itu diterbitkan pemerindah Hindia Belanda pada tahun 1876, tepatnya berusia 138 tahun. Buku tersebut terdiri dari 3 edisi yang mulai diedarkan pada waktu yang berbeda. Judulnya “Staatsblad Van Nederlands Indie”.

14129028761125572506
14129028761125572506


Isi buku yang tebalnya kira-kira 10 cm, adalah tentang keputusan-keputusan hukum yang terdapat dinegara jajahan Belanda khususnya Indonesia sekitar tahun 1876. Salah satu informasi dalam buku tersebut yang terdapat pada halaman 93 adalah peta pantai barat Pulau Sumatera mulai dari Aceh sampai dengan Bengkulu. Nama kota yang ada dalam peta tersebut penulisannya hampir sama seperti sekarang, cuma penulisan ejaannya saja yang berbeda seperti Lubuk Basung ditulis Loeboe Bassong.

1412902911256799295
1412902911256799295


Karena aku sama sekali nggak mengerti bahasa Belanda jadi yang kulakukan cuma melihat-lihat saja. Ada beberapa kata dalam buku tersebut yang aku translate melalui Mbah Google, namun mbah google menginformasikan bahwa ejaan jaman itu telah berubah. Contohnya dibuku itu tertulis regten, mbah google menulis menjadi rechten. Kemudian verpligtingen menjadi verplichtingen.

14129029521676608638
14129029521676608638


Di halaman 64, terdapat informasi mengenai undang-undang yang mengatur hubungan kerja antara atasan dan bawahan, serta beberapa aturan lain terkait masalah panen petani. Jika gagal panen maka petani dibebaskan sebagain atau seluruhnya membayar pajak pada pemerintah atas persetujuan GubernurJenderal.

1412902985423052111
1412902985423052111


Buku dengan kondisi kertas yang sudah lapuk, sehingga harus pelan-pelan benar saat membuka halamannya. Bahkan aku melakukannya lebih hati-hati ketika membuka halaman buku tersebut ketimbang saat menggendong bayi. Kertasnya nggak boleh sampai terpencet atau digenggam, dia akan hancur seperti kertas yang habis dibakar. Mungkin dulunya buku kertas ini berwarna putih, namun saking lamanya tersimpan berubah menjadi agak coklat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun