Mohon tunggu...
Tubagus Al Amin
Tubagus Al Amin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hidup dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gebrakan Pertama Pak Jokowi

6 Oktober 2014   23:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:08 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Keinginan kami, menteri-menteri kalau rapat tidak perlu pakai jas, pakai batik saja. Saya membayangkan, nanti dalam seminggu 4-5 hari pakai batik, sisanya pakai kemeja putih. Pakai jas sesekali dan seperlunya saja”.

Demikian tutur Pak Jokowi, di Pasaraya Blok M hari Kamis tanggal 2 Oktober 2014. Sebuah gebrakan berupa ungkapan yang mengandung makna sangat luas. Maknanya adalah beliau ingin lebih agar batik dan sejenisnya mendapat tempat terhormat dan dilirik serta disentuh disainer sehingga semakin menarik dan naik citranya. Bukan hanya itu, beliau berharap bahwa batik akan benar-benar menjadi pakaian resmi yang sesungguhnya, nggak hanya dipakai saat menghadiri undangan pesta pernikahan.

Selain itu, batik, tenun dan kerajinan banyak dikerjakan oleh perusahaan kecil, bahkan home industry. Kalau memang batik menjadi pakaian resmi Indonesia, secara tidak langsung beliau telah mengangkat produk ekonomi lokal menjadi internasional. Yang pasti akan membuka dan memperluas lapangan pekerjaan di desa-desa penghasil batik dan tenunan.

Alhamdulilah berkat perjuangan membatik leluhur kita dari generasi kegenerasi, UNESCO telah mempatenkan  batik menjadi warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Walaupun negara lain seperti Malaysia dan Singapura serta China telah memproduksi batik, namun corak batik tulis yang berasal dari Indonesia, mempunyai ciri khas yang tak bisa ditiru. Khusus untuk yang dipakai di jawa, dibuat bukan oleh orang sembarangan. Karena bagi masyarakat jawa batik bukan hanya sebuah corak, tetapi memiliki makna simbol filosofis status sosial si pemakai.

Untuk mendukung batik menjadi pakaian khas Indonesia, pemerintah telah menetapkan bahwa setiap tanggal 2 Oktober, adalah merupakan “Hari Batik Nasional”. Oleh karena itu untuk lebih memasyarakatkan, mengembangkan dan melestarikan batik dinegeri sendiri, sebaiknya sekolah memasukan kurikulum membatik. Kita jangan kalah oleh semua prensenter televisi di seluruh Indonesia, mereka pada tanggal 2 Oktober kemarin hampir semuanya saat siaran menggunakan batik.

Presiden kita yang akan dilantik tanggal 20 Oktober 2014 nanti, menyukai batik. Apalagi batik Indonesia sudah menjadi warisan budaya dunia, mari saudara-saudaraku kita jaga warisan ini sebaik-baiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun