Mohon tunggu...
Tubagus Al Amin
Tubagus Al Amin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hidup dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bendung Katulampa, Apa Kabarmu...?

11 November 2014   20:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau di Bogor dan sekitarnya hujan agak lama kita sebagai warga Jakarta selalu ketar ketir takut kebanjiran. Apalagi kalau sudah ada informasi siaga dari Pintu Air atau Bendung Ciliwung Katulampa-Bogor bahwa ketinggian air sudah sangat menghawatirkan, pasti masyarakat akan siap-siap untuk evakuasi menghindar dari banjir.

Disebabkan karena banjir pernah melanda Batavia pada tahun 1872, maka bendung ini di bangun tahun 1889 dan dioperasikan pada tahun 1911. Sebagai alat pantau tinggi muka air sungai Ciliwung. Banjir saat itu dikabarkan membuat daerah elit Harmoni ikut terendam air luapan Ciliwung.

Katulampa adalah bendung sejenis pintu air, bukan bendungan. Bedanya kalau bendungan itu sebuah tempat yang dapat menampung air dalam jumlah besar kemudian, alirannya dapat dimanfaatkan untuk irigasi, tenaga listrik, perikanan, pertanian dsb. Sedangkan bendung adalah sebuah pintu air yang hanya dipakai untuk memantau ketinggian air, ketika turun hujan. Tetapi airnya tidak dipergunakan untuk manfaat lain.

1415687974308061114
1415687974308061114

Bendung ini menampung semua air yang dikirim dari 13 anak sungai dari daerah puncak sampai ke Bogor. Dari Katulampa, air yang telah tertampung kemudian mengalir melalui Sungai Ciliwung ke Jakarta melalui Depok, Condet, Kampung Melayu, sebagian lagi dialirkan ke pintu air Kali Baru Timur di Bogor. Sehingga ketinggian air sebelum masuk ke Jakarta dapat diperhitungkan apakah menyebabkan banjir atau tidak.

Nggak seperti di pintu air Manggarai yang penuh dengan sampah, di Katulampa airnya terlihat agak bersih dan boleh dikatakan belum tercemar limbah produksi, ini terlihat dari warnanya yang coklat muda dan juga banyak itik dan bebek yang berenang di sekitar pintu air Katulampa.

14156882481857541031
14156882481857541031

Jika sudah memasuki bulan November hingga Maret, Katulampa pasti dirindu. Kemarin sudah mulai turun hujan di Jakarta, tadi kira-kira pukul 10 pun hujan kembali menyiram Jakarta, bahkan sekarang mendung menggelayut di atas langit Jakarta, ini pertanda bahwa musim penghujan telah tiba. Tahun lalu akibat hujan deras yang melanda Jakarta membuat beberapa ruas jalan terputus. Baik jalan biasa maupun jalan arteri direndam banjir. Banjir juga tak hanya melumpuhkan daerah pinggiran, tapi juga jantung Ibukota. Ikon Jakarta yaitu Bundaran HI dan Monas serta jalan yang mengakses kepadanya yaitu Jl Sudirman dan Jl MH Thamrin, juga terputus tergenang air.

Hari itu aktivitas di Jakarta lumpuh total. Turap pinggir Sungai Ciliwung yang berada di daerah Pasar Rumput jebol. Tak cuma di Thamrin dan Sudirman, dilain tempat terdapat sekitar 49 titik banjir di seluruh wilayah Jakarta. Dari puluhan hingga lebih dari 100 centimeter tinggi airnya. Jalan Budi Kemuliaan dan sekitar Tanah Abang juga mengalami banjir parah, akibatnya banyak karyawan yang berkantor di kawasan tersebut balik kanan. Beberapa karyawan mengaku hendak kembali pulang lantaran banyak rekan kerja mereka yang juga nggak bisa masuk kerja terjebak banjir.

Nah jika kejadiannya sudah seperti ini kita baru concern terhadap bendung Katulampa, dan ingin tahu bagaimana kondisi air terkini. Pak Andi penjaga Katulampa selalu dicari dan dibutuhkan jika musim penghujan tiba, tapi jika musim kemarau nggak ada yang peduli. Padahal jalan-jalan yang menuju bendung Katulampa perlu perhatian khusus. Serta usia bendung ini yang sudah ratusan tahun, seharusnya pemeliharaan dan perawatannya mendapatkan perhatian ekstra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun