Mohon tunggu...
Tubagus Al Amin
Tubagus Al Amin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hidup dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ngintip Dapur Pembuatan Bakpia di Pathok-Yogya

16 Januari 2015   18:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:01 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_391280" align="aligncenter" width="600" caption="Bakpia Pathok/Tribunnews.com"][/caption]

Oleh-oleh yang identik dengan Jogja selain gudeg adalah bakpia. Di daerah Pathok banyak sekali home industry produsen bakpia. Bakpia berbahan asli isian kacang hijau, namun akibat selera pasar produsennya menawarkan aneka bakpia kreasi baru dibuat dengan perpaduan berbagai macam bahan.

1421382106605866565
1421382106605866565

Kok namanya bakpia, aneh juga kenapa ya..? Nama bakpia, gabungan antara bakpao dan kue pia. Kedua kue ini adalah makanan kegemaran penduduk keturunan Tionghoa  di Yogya. Dari perpaduan kue tersebut akhirnya terciptalah bakpia yang kemudian terkenal hingga saat ini.

1421382143210955824
1421382143210955824

Setelah menjadi kue yang dirasa enak dan menarik, ditahun lima puluhan ada seorang keturunan menjajakan bakpianya dari rumah ke rumah di sekitar Pathok, masyarakat tertarik. Kemudian munculah berbagai macam bakpia dengan merek yang disesuaikan dengan nomor rumah mereka di Pathuk. Ada Bakpia 145, Bapia 25, Bakpia 75, Bakpia 49, bahkan sekarang sudah nggak pakai nomor rumah lagi tapi menggunakan merek tertentu, disesuaikan dengan rasa dan isian bakpia.

1421382201108206289
1421382201108206289
142138222787698826
142138222787698826

Karena sudah sampai diperkampungan bakpia, penasaran banget kalo nggak liat proses pembuatan bakpia itu berlangsung. Maka aku mencoba untuk sedikit nakal dengan mengintip. Tiba-tiba aku dihampiri oleh seorang karyawati wanita, namanya Mbak Suherti. Wahhhh… Serta merta aku memohon ma’af, tapi di luar dugaanku malah diajak ke dalam. Aku hanya tersenyum melas, wanita tadi mengarahkanku masuk lebih ke dalam untuk melihat rangkaian proses pembuatan bakpia.

1421382251210761788
1421382251210761788

Karyawan dan karyawatinya Jogja banget, baik dan ramah dalam mempersilahkan, menjelaskan serta mengajarkan pembuatan bakpia. Di pabriknya, lokasi produksi dan pemasaran berdampingan, sehingga aromanya begitu menyatu dengan rasanya yang gurih. Apalagi disediakan pula hidangan tester alias nyicipi gratis.

1421382277588393741
1421382277588393741

Manis, legit, harum, dan gurih adalah kata yang sering terucap ketika pelanggan mencicipi kuliner yang satu ini. Rasa manis dan legit tercipta dari campuran kacang hijau impor dan gula sebagai isi bakpia. Sedangkan rasa gurih muncul dari kulit luar yang terbuat dari adonan tepung, dicampur dengan minyak nabati yang kemudian dipanggang menggunakan oven tradisional berbahan bakar areng.

14213822981762510489
14213822981762510489

Perpaduan rasa itu menimbulkan kenikmatan tersendiri dalam setiap gigitannya. Seiring dengan berkembangnya makanan ini dan banyaknya permintaan dari pelanggan, oleh sebab itu home idustri Bakpia 25 memiliki pegawai tetap 40 orang mulai dari kasir, marketing, hingga buruh yang tugasnya membuat bapkia. Kalau sedang peak season, seperti tahun baru dan menjelang idul Fitri. Pegawainya mesti ditambah dengan pegawai lepas harian karena permintaan meningkat.

14213823291613220865
14213823291613220865

Kini Bakpia tak hanya berisi kacang hijau saja, telah berkembang dengan berbagai  varian isi. Beragam bakpia yang ditawarkan dengan harga bervariasi, namun tentu saja kualitas juga berbeda. Bakpia kualitas baik hanya dibuat dengan bahan-bahan terbaik sehingga awet nggak mudah rusak disimpan dalam waktu tertentu serta kenikmatan rasanya nggak berubah.

Ingin mencicipi? atau sekedar ingin tahu cara pembuatannya? Silahkan berkunjung ke Yogyakarta khususnya ke daerah Phatok, buktikan kelezatannya. Perpaduan budaya dan industri rumah tangga, menjadikan bakpia buah tangan yang wajib dibeli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun