Mohon tunggu...
Teddy Sanjaya
Teddy Sanjaya Mohon Tunggu... Guru - Pecinta Kopi

Suka menulis apa saja yang penting di tulis. Pelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat

30 Desember 2023   20:14 Diperbarui: 30 Desember 2023   20:15 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dibuat oleh Bing AI)

Di sebuah tempat yang tinggi di atas awan, dua sahabat, Alex dan Ryan, duduk di atas tebing yang menjulang tinggi. Mereka telah bersahabat sejak kecil dan telah melewati berbagai perjalanan hidup bersama-sama. Kini, di puncak karir mereka yang sukses, mereka memutuskan untuk kembali mengenang semua kenangan indah.

"Ingat waktu kita pertama kali bertemu di sekolah?" tanya Alex, senyumnya merefleksikan nostalgia. "Kita tidak pernah terpisah sejak saat itu, ya?"

Ryan mengangguk, "Tentu saja, Alex. Kita bersama-sama melalui setiap langkah hidup. Dari sekolah, kuliah, hingga akhirnya mencapai puncak karir ini. Kita luar biasa, bukan?"

"Mungkin kita memang luar biasa," ujar Alex, sambil menatap ke langit yang luas. "Tapi, ini juga tentang kerja keras dan dukungan satu sama lain. Kita saling melengkapi."

Mereka saling memuji satu sama lain atas pencapaian mereka, mencatat setiap momen indah yang telah mereka lalui. Namun, tiba-tiba, langit yang cerah berubah menjadi gelap. Angin bertiup kencang, dan mendadak, mereka menyadari bahwa mereka terperangkap di tempat yang sangat tinggi.

"Ada apa ini?" Ryan berseru, mencoba mengecek ponselnya, tetapi sinyalnya sudah hilang.

"Tidak tahu," kata Alex, mencoba menjaga ketenangan. "Tapi kita harus mencari jalan keluar."

Saat mereka mencoba untuk turun, mereka menemui rintangan setiap langkah yang diambil. Bebatuan licin dan jalan yang sempit membuat perjalanan semakin sulit. Tiba-tiba, tanah di bawah kaki Alex berguncang, dan ia hampir terjatuh. Ryan dengan cepat menariknya ke belakang, menyelamatkan nyawanya.

"Kita harus hati-hati," kata Ryan, matanya penuh kekhawatiran.

Mereka berdua terus bergerak, tetapi situasi semakin memburuk. Tanah di bawah kaki mereka retak, dan mereka sadar bahwa satu-satunya cara untuk selamat adalah dengan mengorbankan salah satu dari mereka. Kedua sahabat itu saling pandang, merasakan ketidaknyamanan dan keputusan yang sulit.

"Alex, aku tidak ingin kehilanganmu," ujar Ryan, suaranya gemetar. "Tapi kita tidak punya pilihan. Salah satu dari kita harus tetap di sini untuk memberi kesempatan yang lain selamat."

Alex menelan ludah, matanya berkaca-kaca. "Ryan, aku tidak bisa memilih. Kita harus menemukan cara keluar bersama-sama."

Namun, tanah semakin retak dan situasinya semakin kritis. Kedua sahabat itu tahu bahwa waktu mereka terbatas. Akhirnya, mereka membuat keputusan sulit. Tanpa berkata apa-apa, mereka saling berpelukan erat. Lalu, dengan senyuman pahit, Alex mengatakan, "Berjanjilah padaku, Ryan. Teruslah melangkah dan jangan pernah menoleh ke belakang."

Ryan menangis, tetapi ia tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya. Ia berlalu perlahan dari tempat tersebut, menyisakan Alex yang tersenyum meski hatinya penuh kekhawatiran.

Dengan langkah berat, Ryan melangkah turun, menangis dan berdoa agar temannya tetap aman di tempat yang tinggi. Apakah Alex selamat atau tidak, itu menjadi teka-teki. Hanya waktu yang akan memberi jawaban, dan kisah persahabatan mereka akan tetap menjadi misteri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun