Mohon tunggu...
Pandu Satya Rizal
Pandu Satya Rizal Mohon Tunggu... Duta Besar - God is good. All the time.

Menimba ilmu sedalam-dalamnya, kemudian menyalurkannya kepada orang lain layaknya mata air yang mengalir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sungkanisme Dibungkam atau Dipelihara?

18 November 2018   23:29 Diperbarui: 18 November 2018   23:45 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini sudah mendarah daging dalam budaya Indonesia."
sehingga saya tambah isme karena banyak masyarakat memercayai bahwa sungkanisme itu wajib hukumnya, tetapi mereka terkadang tidak tahu dimana harus meletakkan sungkanisme pada porsinya.

1. Sungkanisme dalam Lingkup Formal

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Meskipun saya masih belum mengerti secara gamblang sungkanisme tapi yang saya amati, hal ini sering terjadi pada birokrasi atau lembaga-lembaga tertentu yang sifatnya formal.

Contoh yang saya amati adalah ketika ada orang dalam dalam suatu lembaga. Mungkin dari kalimat itu, para pembaca sekalian sudah mengerti apa yang saya maksud. Seringkali saya melihat hal itu sebagai suatu ketidakadilan karena salah meletakkan sungkanisme pada porsinya. Ranahnya sudah berbeda, profesionalitas seharusnya lebih diutamakan dan bukan waktunya sungkanisme memainkan perannya.
Lalu pertanyaan mendasarnya adalah, apakah sungkanisme dapat memperlambat suatu lembaga?

Saya ambil contoh lagi adalah saat di bangku sekolah. Ketika Guru menyajikan materi lalu ada salah satu sub materi yang berbeda pemahamannya dengan siswa, terkadang siswa menurut saja apa yang dikatakan guru.
Ketika ditanya "Mengapa tidak didiskusikan bersama?" 
Jawabannya adalah "Sungkan, takut disalahin. Soalnya itu Guru." 
Sejatinya proses belajar mengajar antar guru dan siswa adalah sama-sama saling mengoreksi dan memahami. Siswa menghormati guru, begitu juga guru mengapresiasi siswa.

Maka sungkanisme dalam lingkup formal tentu tidak baik apabila dilakukan berlebihan, kita akan dinilai oleh orang sebagai individu yang tidak memiliki pendirian. Lakukan secara secukupnya, dan yang pas pada takarannya.

2. Sungkanisme dalam Lingkup Informal

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)

Bukan suatu hal yang salah apabila kita menerapkan sungkanisme dalam kehidupan sosial, hal ini dikarenakan sungkanisme erat kaitannya dengan kesopanan. Saya sebagai orang Jawa sering mendapati apabila ada orang yang tidak mengenal sungkan sama sekali pasti ditegur oleh masyarakat. Dalam budaya khas ketimuran sungkan disebut juga "Ewuh Pakewuh" yang dapat menumbuhkan nilai silaturahmi karena bersifat menghargai dan tidak ada maksud untuk menjatuhkan.

Sungkanisme dalam lingkup informal seperti ini patut untuk ditumbuhkan dan dipertahankan. Contohnya adalah datang ke acara pernikahan tetangga sebelah karena sungkan. Mengapa sungkan? Karena apabila tidak datang, maka akan dinilai bahwa ia sudah lupa dengan tetangga, dan tentu masih banyak contoh yang lain.
Dari sinilah, sungkan memperoleh nilai positifnya dalam masyarakat. 

Menurut saya pribadi, sungkanisme merupakan nilai yang memiliki dampak positif apabila penerapannya tidak terlalu berlebihan, memahami porsinya, dan memahami kapan, dimana sungkanisme berperan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun