Wilayah Asia Pasifik, dengan keberagaman iklim, ekosistem, dan perekonomiannya, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dengan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan musim tanam yang tidak menentu, praktik pertanian tradisional mengalami kesulitan untuk  beradaptasi, sehingga mengancam ketahanan pangan bagi jutaan orang.
Lebih dari 370 juta orang di wilayah ini sudah menghadapi masalah kekurangan gizi, dan situasinya semakin memburuk akibat gangguan iklim yang mengancam produktivitas pertanian. Kini, lebih dari sebelumnya, kita membutuhkan solusi berani dan peran perempuan di seluruh Asia Pasifik sedang memimpin langkah ini.
Melalui inovasi, teknologi, dan praktik berkelanjutan, para wirausaha perempuan mengubah masa depan ketahanan pangan dan ketangguhan terhadap perubahan iklim. Bayer Foundation Women Empowerment Award, yang didukung oleh Impact Hub, mendukung para pelopor perubahan ini beserta inovasi-inovasi mereka di Filipina, Thailand, dan Indonesia.
Â
FoodCycle: Mengkaji Ulang Limbah Pangan sebagai Sumber Daya
Krisis pangan dan limbah makanan adalah dua sisi dari koin yang sama di wilayah Asia Pasifik. Di satu sisi, jutaan orang menderita kelaparan, sementara di sisi lain, jutaan ton makanan terbuang setiap tahun. Ini adalah paradoks yang mengejutkan. Bagaimana jika kelebihan makanan dapat dimanfaatkan kembali sebagai sumber daya sebagai alat untuk melawan kelaparan, sekaligus melindungi bumi?
Di Indonesia, Astrid Paramita melakukan hal tersebut. Melalui organisasinya, FoodCycle, Astrid menyelamatkan kelebihan makanan yang seharusnya dibuang dan mendistribusikannya kepada mereka yang paling membutuhkan. Hingga saat ini, FoodCycle telah menyelamatkan lebih dari 800 ton makanan, memberikan asupan gizi bagi lebih dari tiga puluh ribu orang setiap bulan. Secara inovatif, makanan yang tidak layak konsumsi digunakan sebagai pakan untuk larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF), yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pakan bagi peternakan ikan di perkotaan menargetkan ketahanan pangan pada berbagai tingkat.
Pendekatan Astrid sederhana namun  berdampak besar. Mengatasi kelaparan bukan hanya tentang memproduksi lebih banyak makanan, tetapi juga tentang memanfaatkan apa yang sudah kita miliki dengan lebih efisien. Dengan menjembatani kesenjangan antara surplus makanan dan kelangkaan pangan, FoodCycle tidak hanya melawan kelaparan, tetapi juga mengurangi emisi gas rumah kaca, menjadikannya model untuk membangun sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan adil.
 AtoANI Agriventures: Pertanian Presisi untuk Ketangguhan Iklim
Para petani di Asia Pasifik berada di garis depan menghadapi perubahan iklim. Dengan populasi yang terus bertambah dan musim yang semakin tidak menentu, praktik pertanian tradisional tidak lagi mampu menjamin masa depan pangan. Untuk beradaptasi, petani membutuhkan alat baru, data terkini, dan teknologi yang dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih cerdas dan  terinformasi.