Mohon tunggu...
Tea For free
Tea For free Mohon Tunggu... -

i'm deadly in love with tea : t :

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pertengkaran Bukan Berarti Kebencian

25 April 2010   16:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:35 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

ketika menikah dulu, saya membayangkan cerita cinderella. happily ever after. dan ujung dari perjalanan masa pacaran saya adalah ya dengan pernikahan. ternyata, pernikahan tidak seperti itu. mengapa kita sering mengucapkan "SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU" pada pasangan yang baru menikah, ya karena kehidupan pernikahan itu sebuah hidup baru. Hidup baru dimana seorang single yang biasa memutuskan semuanya sendiri, melakukan sesuatu atas pertimbangan sendiri, melakukan hal-hal yang disukai sendiri, dan setelah menikah semuanya tidak bisa seperti itu lagi. ada hal-hal yang sebaiknya dikompromikan dengan orang lain, yang adalah pasangan hidup kita. saya menyadari ego saya sangat besar. sebelum menikah, saya terbiasa melakukan segalanya sendiri. keputusan yang saya ambil atas dasar baik dan buruknya ukuran saya. walaupun orang tua dan saudara memberi masukan, hasil akhir tetap saya yang memutuskan. baik buruknya, dengan segala resikonya, tentu saja. kebiasaan yang berjalan bertahun-tahun ini tidak mudah berubah begitu saja ketika saya hidup bersama pasangan saya. banyak hal yang mengharuskan saya meletakkan ego saya dan lebih mengerti pasangan saya. dan itu tidak mudah. well, ini sebuah pengakuan -- tapi bukan pengakuan dosa ya, hehehe ... beberapa waktu yang lalu saya bertengkar dengan pasangan. masalahnya karena perbedaan pendapat. dan cara penyelesaian kami yang berbeda. saya yang heboh dan suami yang kalem. saya, orangnya temperamental, mudah tersulut emosi dan berpikir pendek. sementara suami saya orangnya kalem, tenang, berpikir jauh kedepan tapi buat saya terasa lamban. ketika pertengkaran terjadi, yang ada dalam pikiran saya adalah : dia sudah tidak sayang dengan saya lagi. kalau dia marah berarti dia benci sama saya. and it's killing me softly. yang dimaksud suami saya adalah, ketika pertengkaran terjadi, dia berusaha menenangkan diri. karena pertengkaran yang diselesaikan dengan amarah tidak akan menemukan solusi dan penyelesaian. dan katanya, pertengkaran itu bukan wujud kebencian. pertengkaran itu terjadi karena kami saling cinta. dan orang yang saling mencintai terus belajar untuk memahami pasangannya. pertengkaran itu adalah wujud dari salah satu cara belajar memahami. dan kalimat ini yang membuat saya luluh :

di saat kamu ingin melepaskan seseorang, ingatlah pada saat kamu ingin mendapatkannya disaat kamu mulai tidak mencintainya, ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta padanya di saat kamu mulai bosan dengannya, ingatlah selalu saat terindah bersamanya di saat kamu ingin menduakannya, bayangkan jika dia selalu setia saat kamu ingin membohonginya, ingatlah disaat dia jujur padamu maka kamu akan merasakan artinya dia untukmu. jangan sampai disaat dia sudah tidak disisimu, baru kamu menyadari semua arti dirinya untukmu

ditulis setelah nangis dan luruh dalam pelukannya. saya bersyukur, sangat bersyukur memiliki pasangan sehebat suami saya. walau dia bukan lelaki sempurna, tapi dia memiliki ketulusan dan cinta yang dalam buat saya. i am a lucky person to have him. i love you, mi !!! *suami memanggil saya "is" dari kata istri, dan saya memanggilnya "mi" dari kata suami ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun