Belajar dari rumah istilah sekarang ini (BDR) dengan moda daring yang telah berjalan hampir 2 tahun.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah melakukan survei untuk mengevaluasi kegiatan belajar dari rumah (BDR) dengan responden mulai dari siswa, orang tua, guru, hingga kepala sekolah.
Hasil survei tersebut menunjukkan 95% siswa melakukan BDR. Namun, sistem ini tidak berjalan efektif, karena ditemukan beberapa hambatan dari rumah sehingga berpotensi ada pengalaman belajar yang hilang (learning loss).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemdikbud, diliput dari Kompas.Com Totok Suprayitno menuturkan, selama BDR, jumlah jam belajar siswa berkurang.
"Biasanya siswa hanya belajar dua jam sehari dan dalam seminggu maksimum hanya empat hari sehingga siswa kehilangan pengalaman belajar," kata Totok dalam Rapat Kerja Kemdikbud dengan Komisi X DPR yang berlangsung secara daring, Senin (22/6/2020).
Kata Totok, membuat peserta didik kesulitan memahami materi dari buku meskipun 89% orang tua mendampingi siswa. Mereka tetap membutuhkan bantuan guru. Sebab, masih banyak guru yang memberi penugasan berupa soal sehingga anak kehilangan penambahan inti kurikulum.
Dampak dari kesulitan belajar tersebut dapat mengakibatkan jumlah siswa SD yang terus menurun hingga 2 tahun terakhir ini, terutama di wilayah kabupaten Tanjung Jabung Timur
Penurunan jumlah siswa SD hampir terjadi menyeluruh. Berdampak berkurangnya jumlah siswa baru SMP.
Dengan berkurangnya jumlah siswa berdampak berkurangnya jam mengajar guru, tuntutan jam sertifikasi yang mesti 24 jam.
Berdasarkan pengalaman penulis, berikut beberapa tips meningkatkan jumlah siswa.
1. Koordinasi dengan sekolah terdekat sebagai sumber calon siswa