Dalam rangka memperingati Hari Jadinya yang ke-14, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jawa Timur mengadakan kegiatan Kelas Menyusui untuk kelompok disabilitas.Â
Acaranya diadakan pada hari Minggu kemarin tgl 4 Agustus 2024 di Teras Rayu Jl Sidosermo Surabaya ini sekaligus juga untuk memperingati Pekan Menyusui Sedunia. Komunitas Disabilitas yang hadir adalah dari HWDI yaitu Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia dan Sahabat Gempita, rumah prestasi dan terapi.
Menghadiri acara ini ingatanku kembali ke masa-masa ketika masih menyusui anak-anak. Rasa sakit pasca melahirkan yang belum usai, tetapi sudah harus bergelut dengan menyusui yang juga tidak mudah. Kita saja yang normal menghadapi banyak kendala ketika menyusui, apalagi mereka yang disabilitas, pasti lebih repot lagi menghadapinya.Â
Itulah mengapa menyusui itu perlu dipelajari, perlu didukung, perlu didampingi dan perlu dilindungi. Banyak ibu yang baru melahirkan mengalami baby blues karena memang mengalami banyak hal baru yang bisa membuat stress, panik dan depresi. Alih-alih bahagia mendapatkan momongan, mereka justru depresi karena mendadak harus melakukan banyak hal baru yang tidak mudah.
Acara dibuka oleh Ketua AIMI Jatim yaitu Ibu Setiya Hartiningtiyaswati, SST, M.Keb yang memberikan penjelasan tentang pentingnya diadakan workshop seperti ini. Diharapkan para peserta yang hadir bisa getok tular menyampaikan kepada kerabat atau sahabat tentang materi yang didapat hari ini, terutama kepada mereka sesama penyandang disabilitas.
Â
Pada kesempatan kali ini, Ibu Aulia Yuliani S.Keb sebagai divisi SDM AIMI Jatim sebagai pemateri inti, menyampaikan banyak hal mengenai pentingnya kesehatan reproduksi dan seluk beluk ASI dan menyusui dengan detail.
Salah satu materinya adalah bagaimana cara menyusui yang benar. Hal ini tentu sangatlah penting terutama bagi mereka para disabilitas yang tidak bisa melihat. Posisi bayi haruslah benar agar dapat menyusui dengan baik. Penggunaan alat peraga menjadikan penjelasan menjadi semakin mudah untuk dipahami.
Yang paling seru adalah ketika pembahasan mengenai donor ASI. Memang ada ibu yang ditakdirkan tidak bisa menyusui anaknya, mungkin karena ASInya tidak keluar atau karena ibu tersebut mengidap penyakit yang berbahaya.Â
Sebagai seorang muslim kita harus berhati-hati karena saudara sepersusuan itu haram untuk dinikah. Oleh karena itu sebaiknya kalau memberikan donor ASI itu kepada bayi yang berjenis kelamin sama. Selain jenis kelamin, pastikan juga bahwa ASI yang kita terima itu berasal dari ibu yang sehat, agar tidak tertular penyakitnya.
Satu hal yang harus diingat, ASI adalah hadiah terindah seorang ibu kepada anaknya, karena hal itu tidak bisa terulang lagi. Apalagi pemberian colostrum pada hari-hari pertama menyusui itu tidak bisa digantikan oleh apapun. Hanya satu kali seumur hidup.Â
Last but not least, ketika kita memerah ASI, maka sebaiknya yang memberikan adalah ayahnya, neneknya atau pengasuhnya. Agar anak paham kalau ada ibu berarti dia bisa langsung menyusui, kalau tidak ada ibu baru dia minum lewat botol atau gelas.Â
Acara berlangsung dengan sangat meriah, banyak sekali peserta yang antusias untuk bertanya dan dijawab dengan jelas sekali oleh Ibu Aulia selaku narasumber.
Acara diakhiri dengan pemberian cinderamata kepada para peserta dan foto bersama. Entahlah hatiku rasanya mengharu biru bertemu para disabilitas yang semangat menghadiri acara ini. Semoga dilain kesempatan aku bisa berpartisipasi lagi. Dirgahayu AIMI Jatim, sukses selalu!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI