Berada di Semarang, jangan khawatir kehabisan bahan inspirasi. Kota ini kaya akan budaya, heterogen, dan banyak hal menarik dapat kita angkat. Di momen Imlek kali ini, sebagai bentuk pengejawantahan salah satu pilar Padma Hotels "locality" -- Padma Hotel Semarang mengangkat cerita Kiang Cu Gee, salah satu dewa yang ada di Kelenteng Tay Kak Sie Semarang. (Tay Kak Sie: Kelenteng tertua di Semarang dan usianya sudah mencapai 275 tahun).
Lokalitas, Sincia Night Cultural Dinner, dan Kiang Cu Gee
Padma Semarang menambahkan nilai pengalaman bersantap melalui penyertaan "lokalitas" ke dalam Sincia Cultural Night Dinner. Pertunjukan cinematic shadow teater dengan cerita Kiang Cu Gee khusus dibuat untuk malam ini.Â
"Kiang Cu Gee itu dikenal sebagai dewa kesabaran. Dia menunggu kesempatan untuk bertemu Raja Wen dengan duduk di batu sambil memancing. Dengan sabar dia menunggu bertahun-tahun, sampai-sampai batu yang dia duduki membekas. Dan dia juga hanya memancing tanpa mata kail dan umpan, tapi anehnya keranjang ikannya selalu penuh" - tutur Ko Andre Ketua Pengurus Kelenteng Tay Kak Sie.Â
Kiang Cu Gee juga dikenal sebagai ahli strategi Tiongkok Kuno, salah satu ajaran yang mungkin pernah kita dengar adalah Enam Ajaran Rahasia yang terdiri dari enam strategi: sipil, militer, naga, harimau, leopard, dan anjing.
Larry Reed dan Cinematic Shadow Theater
 Sesuai dengan corak Padma Hotel Semarang yang mengangkat kebudayaan dengan balutan moderen, cinematic shadow teater dirasa sangat mewakili semangat ini. Metode ini menggabungkan teater bayangan dan sinematografi. Teknik ini diajarkan oleh Larry Reed, dia adalah seorang seniman teater dari Amerika yang diakui secara internasional, dan merupakan pionir di bidang teater bayangan kontemporer.Â
Pada tahun 1972, ia mendirikan Shadow Light Productions untuk melestarikan tradisi asli teater bayangan, dan untuk mengeksplorasi dan memperluas kemungkinan media teater bayangan. Larry memasuki fase baru dalam karirnya dengan menciptakan metode pembuatan bayangan yang memadukan teknik teater bayangan tradisional dengan gaya film, teater modern, dan tari. Larry banyak memberikan workshop dan proyek kolaborasi dengan berbagai seniman di banyak negara.Â
Di Indonesia sendiri, Larry pernah melakukan dua proyek, pertama di Bali dengan komunitas wayang (2011) dan yang kedua di Yogyakarta (2019) dengan seniman-seniman muda Indonesia lintas disiplin. Padma project ini kemudian mempertemukan murid-murid Larry untuk mengeksplorasi kembali teknik yang pernah diajarkan dan eksplorasi sejarah/cerita dan mewujudkannya dalam sebuah pertunjukan. Pementasan ini tentunya akan menjadi pengalaman baru untuk Semarang dan para tamu Padma Semarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H