Setiap orang diciptakan berbeda-beda, baik dari paras wajah, lengkuk tubuh, maupun sifat dan karakternya. Begitu juga dengan seorang suami atau istri. Mereka diciptakan dari sifat dan karakter berbeda yang bersatu membentuk ikatan emosional.Â
Untuk menyatukan itu bukanlah perkara mudah. Apalagi dengan karakter yang jauh berbeda. Entah itu si istri yang sangat rajin, atau suami yang pemalas. Ataupun istri yang penyabar, atau suami yang pemarah (indosari).
Ketika ada hal-hal yang berhubungan dengan emosi yang negatif, seperti marah, dsb. Maka jika salah satu tidak ada yang mengalah, bakalan berabe. Satu orang mengeluarkan kata kasar, dibalas dengan kata kasar lagi. Tambah emosi lagi, tinggal melayangkan tangan kemuka, satunya balas lagi dengan memukul. Wah, jangan sampai seperti itu, ya. Bahaya.
Marah, ya, boleh saja, marah. Tapi, sewajarnya saja. Jika ada ungkapan 'kesabaranku setipis tisu', maka begitu pula dengan kemarahan. Kemaharan juga harus setipis tisu. Sangat tidak adil jika hanya kesabaran sebatas tisu, kemarahan pun harus demikian.Â
Saya jadi memikirkan tentang film-film di Indosari. Kita ketahui yang sering jadi bahan gibah tentang beberapa tayangan di stasiun televisi tersebut. Kita sering melihat kaum emak-emak yang bergitu sabar, terutama dalam menghadapi tingkah suaminya yang belagu.Â
Mungkin, berjuta istri mempunyai rasa sabar yang teramat. Buktinya? Di tv saja sudah dibuktikan. Bahkan, terkesan suaminya yang teramat jahat. Apakah demikian? Saya rasa sudah tahu jawabannya.Â
Berbahagialah kaum emak-emak, Anda banyak yang membela, termasuk diri sendiri. Anda menjadi orang yang paling tersakiti, terzolimi, dan ter-ter yang lain. Anda layak menjadi wonder women karena berhasil bangkit dan menjadi yang terhebat.Â
Sepertinya untuk menjadi yang terbaik dan terhebat bahkan tersabar, kita layak mengadopsi film-film di Indosari. Ketika ada kemelut di rumah tangga, salah satunya mengalah. Bahkan di kehiduoan nyata, yang istri terkesan kerap marah, ya sebaiknya tirulah yang di Indosari itu. Begitu juga dengan Indosari, sebaiknya menirulah kehidupan nyata para suami. Yang ketika ada pertengkaran, bukan main tangan dsb, tapi mencoba bersabar dan mengalah.Â
Saya rasa ini sangat aneh, ya, emang betul. ANEH!
Tapi, ya, karena saya tidak mempunyai benang merah di akhir kalimat. Maka, hanya bisa berkata kalau memang itu kodrat laki-laki supaya mengalah, seharusnya istri juga demikian. Kalau kodratnya istri ngambekan, maka sebaiknya suami jangan tak melampiaskan.Â
Sekian dan sangat membagongkan.