Mohon tunggu...
Fajar Pujianto
Fajar Pujianto Mohon Tunggu... Administrasi - SKM Indonesia

Belajar dan Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Roman

Menikah Sama Dengan Kepura-puraan

16 Juli 2023   10:37 Diperbarui: 16 Juli 2023   10:43 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Jika menikah adalah sebuah kebahagiaan, maka itu adalah hal yang benar. Namun, jika menikah adalah sebuan kepura-puraan, maka itu juga tidak salah.

Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya keberpura-puraan adalah untuk kebahagiaan pasangan. Seakan terjadi untuk menghargai, supaya tidak marah, atau hal lain supaya pasangan terlihat bahagia dengan yang kita atau lasangan lakukan. 

Keberpura-puraan itu juga dilakukan dalam hal pekerjaan. Seperti saat suami pulang kerja, dan ditanya oleh istri, "capek atau tidak?" Maka, jawaban salah satunya adalah 'tidak capek'. 

Ini adalah sebuah keberpura-puraan lazim yang dilakukan oleh laki-laki. Padahal aslinya yang namanya bekerja sudah barang pasti capek. Tapi, demi kebahagian istri, bakal mengatakan demikian. 

Belum lagi ketika istri mengatakan suatu hal yang menuai pujian, di mana istri ingin disanjung, diumbul-umbukkan, bahak dipuji setinggi langit. 

Sebagaj contoh, apabila istri berdandan sesuai yang ia inginkan. Demi menghormati dan membuatnya bahagia, maka suami akan mengatakan cantik, manis, dan sebagainya. 

Padahal aslinya, mungkin dandanan itu tak sesuai dengan yang suami ingjnkan. Atau bahkan suami ingin yang natural, enggak yang terlalu menor. Sedangkan istri menginginkan yang demikian. Maka, suami pun akan memujinya sekalipun tak sesuai dengan nuraninya. 

Begitu juga dengan kaum Adam. Istri pun bakal memuji suami jika berpenampilan yang suami inginkan. Padahal istri menginginkan yang sesuai dengan keinginannya. Istri akan memujinya sekalipun terkadang mengomentarinya. Tapi, itu juga demi kebaikan suami versinya. 

Belum lagi ketika suami sedang tidak punya uang dan bergaji kecil. Ketika nafkahnya kecil, dan istri menerima, istri pun akan berterimakasih dan memujinya sekaligus memberi semangat. Sekalipun dalam hatinya terasa hambar, sebab dengan uang segitu bakal kelimpungan dalam membagi untuk kebutuhan. 

Soal perasaan yang bosan ataupun hubungan yang hambar, saya rasa bakal mengalaminya. Tinggal bagaimana caranya tetap mempertahankan dan membuat hal baru supaya hubungan itu tetap berlanjut dan perasaan cinta tetep tumbuh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun