Ratusan tahun yang lalu, para ilmuwan mempercayai adanya keabadian langit dan bumi tanpa awal dan akhir, yang mereka sebut dengan Teori Steady State Theory. Pada akhir abad ke-20, ilmu pengetahuan modern mengungkap realita bahwasanya manusia hidup di alam yang berevolusi dan berubah, berawal dan berakhir. Mereka menemukan fenomena yang mengejutkan bahwa matahari kehilangan sekitar 4,6 miliar ton massa per detik yang diubah menjadi energi panas dan perpindahan energi panas dari benda panas ke benda dingin. Hal ini meyakinkan mereka bahwa alam semesta ini suatu saat akan hancur. Entah kapan, tidak bisa menjawabnya. Mereka pun merumuskan teori-teori tentang awal mula terciptanya alam semesta, dan tidak ada satu pun yang diterima karena tidak dapat menjelaskannya secara ilmiah, kecuali teori yang dikonfirmasi oleh para ilmuwan yaitu Teori Big Bang. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta pada mulanya terbentuk oleh suatu massa yang sangat padat dan panas. Kemudian, akibat meningkatnya tekanan panas terjadilah ledakan besar (Big Bang) yang menghancurkan bagian-bagian alam semesta seperti: tata surya, galaksi, nebula, planet dan lain-lain yang terus berkembang. Ledakan ini diperkirakan terjadi sekitar 15 miliar tahun yang lalu.
- Sejarah Teori Big Bang
Pada tahun 1912, Vesto Slipher melakukan pengukuran pertama nebula spiral menggunakan efek Doppler. Nebula spiral adalah nama lain dari galaksi spiral. Dari pengukuran tersebut, mulai bermunculan banyak ahli yang mempelajari alam semesta. Sepuluh tahun kemudian, kosmolog dan matematikawan Rusia Alexender Frienman mengatakan bahwa alam semesta terus berkembang, bertentangan dengan model alam semesta statis Einsten. Pada tahun 1924, Edwin Hublle melakukan penelitian lebih lanjut mengenai model nebula. Georges Lemaitre secara independen menurunkan persamaan Frienman dan mengatakan bahwa kehadiran nebula dalam persamaan tersebut disebabkan oleh perluasan alam semesta yang konstan.
Teori Big Bang pertama kali dikemukakan oleh Kosmolog Belgia Abbe Georges Lemaitre sekitar tahun 1927. Menurut Georges, alam semesta awalnya tercipta dari superatom, yaitu bola api yang sangat kecil. Bola api ini memiliki kepadatan yang luar biasa tinggi dan suhu sekitar 1 triliun derajat Celcius. Saat sebelum ledakan, bola api membesar hingga 1,75 cm. Seiring berjalannya waktu, ukurannya bertambah sangat cepat dan tepat pada angka 0 kedua, yaitu ketika ruang-waktu dimulai, potongan bola tersebut meledak dan melemparkan isinya ke alam semesta. Ledakan tersebut terjadi sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Ketika Big Bang terjadi, ia menghasilkan energi dalam jumlah yang sangat besar di alam semesta, yang kemudian membentuk seluruh unsur penyusun alam semesta. Hanya saja atom hidrogen yang dikeluarkan lambat laun terakumulasi membentuk awan debu dan hidrogen, atau biasa disebut kabut.
Kabut menebal dan suhunya jutaan derajat Celcius. Nebula, atau awan hidrogen adalah awal dari pembentukan bintang. Bintang-bintang ini kemudian berkumpul menjadi kelompok yang disebut galaksi, antara lain Galaksi Bima Sakti, Galaksi Andromeda, dan Galaksi Segitiga. Galaksi ini adalah tempat lahirnya jutaan tata surya dan galaksi yang kita tinggali saat ini. Kekuatan Big Bang masih terasa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan keadaan alam semesta yang terus berkembang. Beberapa galaksi bergerak menjauhi satu sama lain. Pergerakan ini berlanjut hingga batas maksimal. Ketika mencapai batasnya, benda-benda di alam semesta berhenti bergerak menjauh dan gravitasi universal menariknya kembali hingga kembali ke titik awal ledakan.
- Membuktikan Kebenaran Teori Big Bang
George Gamov mengembangkan perhitungan yang dilakukan oleh Georges Lemaitre pada tahun 1948 dan menyajikan teori baru yang sesuai dengan teori Big Bang. Menurut George, jika alam semesta tercipta melalui Big Bang, pasti ada sisa radiasi dari Big Bang. Selain itu, radiasi yang tersebar di seluruh alam semesta mempunyai rasio yang sama. Pada tahun 1950, Ralph Alpher dan Robert Herman juga berpendapat, seperti yang dilakukan Gamov bahwa radiasi harus terjadi. Pada tahun 1965, dua ilmuwan Arno Penzias dan Robert Wilson mendemonstrasikan dan menemukan gelombang radio ini di alam semesta. Radiasi ini dikenal sebagai "radiasi gelombang mikrokosmik fundamental" dan biasanya berbeda dengan radiasi dari luar angkasa. Radiasi yang dimaksud tersebar merata ke seluruh alam semesta dan tidak mempunyai sumber.
Penjelasan selengkapnya dimulai dari penciptaan alam semesta. Alam semesta berada dalam keadaan kesetimbangan termal. Keseimbangan ini berarti bahwa foton terus-menerus dipancarkan dan diserap. Hasilnya adalah radiasi spektral benda hitam. Setelah ledakan, suhu alam semesta turun dan foton tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan. Oleh karena itu, foton-foton ini terus dipantulkan oleh elektron bebas. Akibatnya, alam semesta tampak buram terhadap cahaya pada masa-masa awal terbentuknya alam semesta. Bukti lain dari teori Big Bang adalah pengamatan terhadap galaksi yang menunjukkan adanya benda yang berubah dan mengeluarkan warna merah, dimana perubahan tersebut terjadi secara isotropik secara seragam. Dan ini terjadi pada semua objek yang terlacak ke segala arah. Perubahan ini disebut juga pergeseran merah Hubble. Singkatnya, hukum Hubble memiliki dua penjelasan: Pertama lokasi kita saat ini adalah pusat perluasan galaksi (galaksi ini tidak mengikuti prinsip Copernicus), kedua alam semesta mengembang secara seragam ke segala arah.
- Penafsiran Ulama tentang ayat-ayat Teori Big Bang
(Ibnu Katsir)
Q.s Al-Anbiya [21]:3044
Â
Artinya: "Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?"