Pada Pemilu terakhir itu, 2019, perolehan suara Gerindra adalah 12,57% dengan menggaet kursi DPR 78. Gerindra di posisi ketiga setelah PDIP (19.33%/128 kursi), di urutan kedua Golkar (12,31%/85 kursi). Di bawah Gerindra, NasDem (9.05%/59 kursi), PKB (9,69%/58 kursi), Demokrat (7,77%/54 kursi), baru PKS (8,21%/50 kursi), kemudian PAN (6,84%/44 kursi), dan PPP (4,52%/19 kursi).
Merujuk pada perolehan suara dan kursi DPR RI itu wajar jika Ari Junaedi juga menyeret-nyeret NasDem yang sempat merespon gembira wacana rujuk Gerindra dengan PKS. Kata elit NasDem, jika Gerindra bergabung dengan PKS dan otomatis ke KP juga maka Gerindra harus siap menerima konsekuensi Prabowo Subianto tidak menjadi capres. Pasalnya, capres dari KP adalah Anies Baswedan.
Pastilah Prabowo akan menolak mentah-mentah. Dan itu yang memang dikonsumsi publik. Prabowo tertawa lepas ketika media menyinggung kemungkinan Gerindra rujuk dengan PKS dan bergabung dengan KP.
Lebih realistis untuk Gerindra bergabung dengan poros nasionalis yang menjadi bagian dari koalisi pemerintah. Jika untuk kepentingan nasional dan tidak untuk kepentingan sesaat akan lebih ideal jika Gerindra bergabung dengan blok nasionalis seperti PDI-P, dan Golkar, atau tetap dengan PKB sekarang melalui Koalisi Indonesia Raya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H