Bantahan itu ditegaskan langsung oleh ketiga pimpinan partai, Airlangga Hartarto dari Golkar, Zulkifli Hasan dari PAN, serta Suharso Monoarfa sewaktu masih memimpin PPP, dan oleh Mohammad Mardiono yang kini menggantikannya.
Buat apa susah payah membangun koalisi jika hanya untuk dijadikan sekoci atau wadah bagi orang lain, itu yang disampaikan oleh pimpinan ketiga partai.
Pada perkembangannya kemudian, dalam pemahaman publik, seperti disampaikan di atas, banyak dinamika yang terjadi, diwarnai berbagai interaksi yang ditengarai bisa memengaruhi keutuhan dari koalisi. Dalam hal ini, banyaknya rayuan dalam penjajakan politik, yang bisa mengganggu kesepakatan politik yang sudah terbentuk.
Dalam narasi yang disampaikan pengamat politik dan pendiri Indonesia Political Power, Ikhwan Arif, pembentukan koalisi berpotensi mogok di tengah jalan jika penjajakan politik terlalu lama.
Banyaknya rayuan dalam penjajakan politik, kata Ikhwan Arif, bisa mengganggu kesepakatan politik yang sudah terbentuk. Misalnya rayuan elektabilitas menjadi penyebab koalisi mogok atau pindah haluan ke koalisi lain. Jika tidak segera deklarasi, akan berpotensi koalisi deklarasi capres dan cawapres last minutes, ujarnya kepada Kompas.com.
Pasalnya, Ikhwan Arif yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Power itu, menengarai bahwa koalisi yang sudah terbentuk atau yang sudah memenuhi ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold 20%) baik itu KIB, KIR, Poros Perubahan maupun PDIP, semuanya sangat bergantung pada nilai elektabilitas figur.
Misalnya, tokoh-tokoh dengan nilai elektabilitas tinggi akan menjadi rebutan partai politik untuk mempertahankan basis elektoral mereka di masing-masing daerah, tujuannya tidak lain untuk mempertahankan elektabilitas partai juga.
Kekhawatiran Ikhwan Arif mungkin tidak berlebihan. Kendati demikian, untuk KIB, keinginan untuk menempatkan capres dari kalangan internal dengan tidak mengutamakan elektabilitas masih menjadi pilihan. Setidaknya itu yang ditegaskan Zulhas pada pertemuan terbaru petinggi KIB akhir pekan lalu. KIB tetap akan memprioritaskan capres dari dalam, katanya.
Maka Airlangga Hartarto berada di urutan pertama, Zulhas kedua, dan Mardiono ketiga. Urutan itu mengacu pada Golkar sebagai peringkat pertama dalam perolehan suara Pemilu 2019 di antara ketiganya, atau pemenang kedua di bawah PDIP, sementara PAN dan PPP di bawah Golkar.