Andi Arief mengaku tidak mempermasalahkan perilaku NasDem yang sudah "mengunci" Anies Rasyid Baswedan sebagai capres, sehingga memengaruhi sikap dua rekan koalisi lainnya yakni Demokrat dan PKS.
Kendati Andi Arief serta elit NasDem dan PKS menyatakan rencana pembentukan Koalisi Perubahan tetap berjalan dan ketiga partai juga tetap solid, namun tidak sedikit yang menyebutkan bahwa kegagalan deklarasi pada 10 November kemarin bagaimanapun memengaruhi kinerja mereka dalam mempersiapkan pembentukan koalisi.
"Batalnya deklarasi pertanda poros perubahan meredup, suasana kebatinan partai mulai berubah-ubah, jangan sampai nantinya poros perubahan menjadi loyo," kata pendiri Indonesia Political Power Ikhwan Arif, sebagaimana diramaikan media.
Menurut Ikhwan, ada kalkulasi politik di balik meredupnya poros perubahan. Pertama, faktor figur atau ketokohan yang menjadi pertimbangan dasar poros perubahan berkoalisi.
Penentuan nama capres pendamping Anies menjadi titik tumpu ketiga partai membangun koalisi, citra partai politik akan dipertaruhkan dalam memilih figur pendamping Anies, jika yang dipilih cawapres nonpartai, citra partai akan meredup dan berdampak poros koalisi juga semakin loyo.
"Sebenarnya pembatalan deklarasi bukan sebatas permasalahan deadlock penentuan tanggal ya, tapi secara tersirat ada pertimbangan kalkulasi untung rugi partai berkoalisi, ada deal-deal politik yang sedang dipertaruhkan poros koalisi di balik menjepit nama Anies Baswedan sebagai bakal capres," ujar Ikhwan Arif kepada media.
Berbeda dengan KIB dan KIR yang sudah memenuhi PT 20% dan sudah bisa resmi akad, atau mengusung capres-cawapres, sepertinya ada kesalahan strategi dari NasDem dengan buru-buru mengunci nama Anies, dibandingkan mendahului deklarasi koalisi, sehingga memengaruhi rencana pembentukan Koalisi Perubahan itu sendiri...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H