Mohon tunggu...
Tb Adhi
Tb Adhi Mohon Tunggu... Jurnalis - Pencinta Damai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sich selbst zu lieben ist keine ritelkeit, sondern vernunft

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyoal Ganjar Pranowo dan KIB yang Bukan Koalisi Ecek-ecek

27 September 2022   12:38 Diperbarui: 27 September 2022   12:42 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo bersama pendukungnya (Foto: Dok/Ist)

GANJAR Pranowo menjadi tokoh sentral dari dinamika politik yang mengemuka beberapa hari terakhir ini. Nama Gubernur Jawa Tengah yang kader PDIP itu tersambung pada interaksi terkait 'Dewan Kolonel vs Dewan Kopral' serta tudingan KIB sebagai koalisi tidak sungguh-sungguh atau ecek-ecek, sebagaimana yang dilontarkan politisi NasDem Zulfan Lindan. Ganjar, yang tingkat popularitas dan keterpilihannya (elektabilitas) terus bertahan di posisi tiga besar dalam berbagai survei, seakan-akan menjadi sasaran tembak utama atau bahkan sosok yang harus ditumbangkan.


Dewan Kolonel adalah frasa yang disebutkan oleh sejumlah elit PDIP yang menjadi loyalis dari Puan Maharani. Mungkin saja mereka sungkan untuk menyebut sebagai Dewan Jenderal, yang bisa menumbuhkan konotasi buruk karena mengingatkan pada tragedi G30S PKI--yang filmnya 'Penumpasan Pengkhianatan Gerakan 30 September' cenderung diputar kembali di setiap penghujung September.

Dewan Kolonel, sebagaimana ramai diberitakan media, disebut-sebut menjadi semacam 'paksaan' untuk menjadikan Puan Maharani calon presiden (capres) dari partai moncong banteng itu. Meski penyebutan Dewan Kolonel lebih sebagai candaan, namun karena subtansinya adalah dorongan bagi Puan, karuan saja hal itu memantik perlawanan dari para loyalis Ganjar Pranowo yang lantas menyambutnya dengan keberadaan Dewan Kopral.

Perlawanan para loyalis Ganjar Pranowo berpotensi jauh lebih keras seiring dengan tekad mereka untuk membentuk Dewan Kopral di daerah-daerah, dengan basis massa adalah akar rumput.

Faksi Dewan Kolonel vs Dewan Kopral ini kabarnya sudah didengar oleh ketum umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Entah apa yang tersirat di benak Megawati, namun hal itu tentunya cukup merisaukan, dan cenderung merugikan PDIP jika terus dibiarkan.

Soliditas PDIP memang sudah lama terancam. Ini tentunya karena kebingungan PDIP dalam memajukan kader terbaiknya untuk Pilpres 2024 nanti. Elit partai menghendaki Puan Maharani yang maju sebagai capres, tetapi akar rumput menginginkan Ganjar Pranowo. 

Kalangan menengah dan bawah PDIP lebih logis dalam melihat keadaan. Mereka mendasarkan keberpihakannya pada tingkat popularitas dan keterpilihan yang tinggi pada Ganjar dari setiap survei politik sejak dua tahun terakhir. Puan jauh di bawah.

Kendati begitu, Puan tampaknya 'easy going'. Dia terus melakukan safari politik, terakhir bahkan intens menjalin komunikasi dengan PKB. Puan bahkan didoakan menjadi presiden oleh Muhaimin Iskandar, ketum PKB. Cak Imin, sebagaimana ramai diberitakan media, bahkan berharap menjadi cawapresnya, yang diamini oleh Puan.

Interaksi Cak Imin dengan Puan Maharani ini tidak urung mengesalkan para petinggi Gerindra. Mereka mengingatkan koalisi PKB dengan Gerindra. Prabowo Subianto, ketua umum Gerindra, mungkin tidak kurang kesalnya meski dia menyebut bahwa itu adalah bagian dari dinamika politik.

Jika dinamika politik terkait faksi Dewan Kolonel vs Dewan Kopral lebih menjadi masalah internal PDIP, beda lagi dengan keterkaitan Ganjar Pranowo pada tudingan yang dilontarkan polisi NasDem Zulfan Lindan, menyebut Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN dan PPP sebagai koalisi tidak sungguh-sungguh atau ecek-ecek.

Konteks penyebutan KIB sebagai koalisi tidak sungguh-sungguh atau ecek-ecek itu dihubungkan Zulfan Lindan dengan penyebutan KIB sebagai sekoci bagi Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024 nanti. Artinya, KIB akan mewadahi Ganjar Pranowo jika akhirnya benar-benar tidak dicalonkan oleh PDIP.

Zulfan yang awalnya adalah kader PDIP--yang bahkan menempatkannya di kursi DPR pada periode 1999-2004- meyakini bahwa KIB dibentuk untuk kepentingan Ganjar Pranowo. Zulfan juga menyebut KIB kualitasnya di bawah koalisi NasDem, PKS dan Demokrat yang akan segera terbentuk. Dia juga meragukan soliditas KIB menyusul pergantian kepemimpinan di PPP.

Apa yang disampaikan Zulfan Lindan menyulut kekesalan para petinggi KIB, khususnya PAN dan PPP. Sebagaimana dikutip dari media, elit PAN Viva Yoga Mauladi dan elit PPP Achmad Baidowi mengisyaratkan mestinya Zulfan Lindan bercermin sebelum mengkritisi orang lain. Viva dan Awiek, sapaan Achmad Baidowi, bahkan menantang Zulfan Lindan tentang rencana koalisi Nasdem dengan PKS dan Demokrat.

Viva dan Awiek heran dengan sikap Zulfan Lindan yang mengkritik KIB di tengah situasi belum punya koalisi. Politisi PAN dan PPP itu balik menyebut Zulfan Lindan cenderung membuat narasi yang mengawang-awang. Jangan sampai membangun koalisi fatamorgana, dinarasikan di awang-awang, tidak turun ke bumi politik di Indonesia, sebut Viva.

Bagaimana Zulfan bisa menyebut koalisi NasDem lebih berkualitas dibanding dengan KIB. Padahal KIB telah selesai menyusun platform dan program koalisi, dan saat ini juga sedang melakukan koordinasi di tingkat kabupaten/ kota.

Jadi, dari parameter kualitas, KIB dan rencana koalisi NasDem tidak dapat dibanding-bandingke, tegas Yoga, menyitir kata dari lagu Farel Prayoga.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun