Mohon tunggu...
Tb Adhi
Tb Adhi Mohon Tunggu... Jurnalis - Pencinta Damai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sich selbst zu lieben ist keine ritelkeit, sondern vernunft

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Besok, Puncak Perayaan Tradisi Yaqowiyu

15 September 2022   08:52 Diperbarui: 15 September 2022   09:07 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Pemprov Jateng

Dari berbagai keterangan yang dihimpun penulis, di masa lalu memang ada sekelompok kecil yang 'berusaha untuk menghalangi' kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan itu. Namun demikian, hal itu tertepis dengan sendirinya. Apalagi, tradisi Yaqowiyu itu tidak bisa hanya dipandang sebagai kegiatan upacara tradisi semata karena di dalamnya juga memiliki arti ekonomis di kalangan masyarakat setempat.

Di samping itu, para pegiat agama Islam berpendapat bahwa Yaqowiyu merupakan salah satu asmaul khusna, yang artinya Allah yang Maha Kuat. Dengan mewiridkan itu, semua berharap diberi kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan dan cobaan. Karena itu, tradisi itu dari sisi subtansi masih relevan sebab tantangan saat ini justru sangat kompleks dan multidimensional.

Dari sisi kebudayaan, tradisi itu memiliki relevansi untuk terus berpijak pada kearifan lokal di tengah menguatnya politik identitas yang mengarah ke disintegrasi sosial.Tradisi itu diyakini bukan hanya satu komunitas, melainkan juga masyarakat secara luas. Artinya, ada pengetahuan kolektif di situ, diwariskan secara kolektif sehingga nilai-nilainya cukup terjaga. Hanya saja memang dibutuhkan kontekstualisasi.

"Saya kira tradisi Yaqowiyu ini akan terus diterima," sebagaimana disampaikan Muhammad Mustafid, biasa dipanggil Gus Mustafid, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi Yogyakarta, terkait dengan kontekstualisasi Yaqowiyu.

Terkait dengan kontekstualisasi tersebut, penulis ingin menelisik pandangan Airlangga Hartarto, yang merupakan salah satu dzurriyah (keturunan) dari Ki Ageng Gribig. Ketua Umum Partai Golkar dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini menyatakan perayaan Yaqowiyu merupakan metode dakwah yang diwariskan Ki Ageng Gribig dan dijadikan pedoman hidupnya. Artinya, Airlangga menyerap filosofi yang diajarkan leluhurnya tersebut, Ki Ageng Gribig.

Kita ketahui bahwa Airlangga hadir langsung pada setiap perayaan tradisi Yaqowiyu, demikian juga untuk tahun ini. Kamis ini tampaknya ia sudah berad di Jatinom.

Dari penelusuran yang diperoleh penulis, metode dakwah apem Yaqowiyu senantiasa dilestarikan dan selalu diceritakan dalam keluarga Airlangga secara turun temurun, sampai anak dan cucu. Hal itu menjadi pedoman hidupnya, bahwa dalam mendampingi masyarakat, terutama untuk mengajak kepada kebaikan beragama, kita harus menggabungkan hal yang illahiyah, hubungan kepada Allah, budaya masyarakat sekitar, dan membantu kebutuhan ekonomi masyarakat.

Dakwah apem Ki Ageng Gribig yang senantiasa dijaga keluarganya kemudian ditafsirkan menjadi warisan nilai-nilai leluhur. Airlangga kemudian menjabarkan kata APEM menjadi beberapa nilai. 

Ini filosofi dari kata Apem yang penulis kutip dari pernyataan Airlangga kepada media.

A artinya Akar sejarah yang kuat, berarti menjaga tradisi, budaya, dan para pahlawan bangsa. P artinya Persatuan dan kesatuan, yaitu menjaga, menanamkan nilai-nilai toleransi untuk menjaga kerukunan, kemajemukan dan kebhinekaan. E artinya Ekonomi kerakyatan, pembangunan ekonomi harus dipusatkan untuk kemakmuran rakyat dan ini termasuk di dalamnya tradisi membuat apem mendorong usaha menengah kecil untuk memproduksi di dalam negeri.

Di Klaten dan dikonsumsi oleh Klaten juga, ini suatu hal yang luar biasa. M artinya Masyarakat yang maju, beragama, dan berakhlaqul karimah, terciptanya masyarakat yang maju berilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan iman dan takwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, sehingga terwujudnya peradaban yang ideal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun