Mohon tunggu...
Andi Aryatno
Andi Aryatno Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mengembara kemanapun. Ingin berbakti dan membalas semua kebaikan orang tua terutama ibu. Tidak bisa menulis dengan baik, tapi sangat menyukai menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pejabat Negeri Sok Peduli

22 Januari 2014   12:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:35 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berkendara di tengah kota

Memaki orang pengendara berandal

Di sebuah perempatan jalan, kau mencegat aku bersama kuda besiku

Ini adalah tanggal tua

Pejabat negeri butuh sesuap nasi

Dari sana-sini ia beraksi

Kau tanyai aku surat kendaraan, aku bilang aku tak punya

Penutup kepala melingkar seperti tempurung kelapa

Kau bilang peduli keselamatan hidupku

Kau bilang aku harus sudah dewasa

Kau bilang, perkataanmu tak mau ku dengar

Tapi tiba tiba mulutmu bungkam

Dijahit benang sulam diukir malam

Saat ku ambil selembar kertas biru dari saku

Kau sok peduli,

Terlalu banyak basa basi untuk sekedar mengambil uang

Hargamu sangat murah,

Aku tak ingin mengulang kejadian itu lagi

Aku turuti saranmu

Menghampiri gubuk tempatmu dan teman temanmu beraksi

Pas foto dan fotokopi KTP sekedar syarat

Seragam kebesaran disalahgunakan

Kehadiranku untuk membuat surat agar aku tidak dicegatmu lagi di tengah jalan

Mereka bilang ada tes yang harus ku lalui

Tapi kau bilang, kamu mau membantu

Kini dengan tiga lembar kertas warna merah

Tanganmu sangat ringan mengambilnya dari telapak tangan

Satu lembar syarat negara, dua lembar masuk saku bajumu

Kini hargamu jauh lebih mahal

Kami sudah menggajimu

Setiap bulan, setiap tahun uang kami ditarik

Tapi kenapa kau masih memeras kantongku

Kantong saku ini tak setebal isi di dompetmu

Rekeningmu menggelembung bernilai fantastis

Padahal golonganmu hanya golongan tiga

Kau bangga kaya raya, tapi tetanggamu menderita

Kau bangga banyak harta, tapi banyak orang minta-minta

Kau bangga mobilmu mewah, tapi kami tak punya sawah

Kau bangga berseragam dinas, duit kami yang kau peras

Pekanbaru, 22 Januari 2014

var vglnk = { api_url: '//api.viglink.com/api', key: 'a187ca0f52aa99eb8b5c172d5d93c05b' };

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun