Mohon tunggu...
Healthy

Yuk, Kenali Sexual Masochism Disorder

24 Januari 2016   12:55 Diperbarui: 24 Januari 2016   13:42 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ada yang pernah mendengar istilah pedofil, eksebisionis, fetishism, masochism dan sebagainya kan? Sebenarnya beberapa istilah tersebut merupakan bagian dari salah satu ekspresi seksual yang disebut dengan nama “Paraphilias”. Beberapa gangguan yang termasuk ke dalam kelompok paraphilia diantaranya fetishisme, fetishisme transvestik, pedofilia, incest, voyeurisme, eksibisionisme, froteurisme, sadisme dan masokisme. Dalam artikel ini saya akan mencoba membahas mengenai Sexual Masochism Disorder dimana gangguan tersebut termasuk kedalam salah satu tipe dari kelompok Paraphilia.

Gambaran Singkat mengenai Paraphilia

Dalam DSM IV TR, paraphilia adalah sekelompok gangguan yang mencakup ketertarikan seksual terhadap objek yang tidak wajar atau aktivitas seksual yang tidak pada umumnya. Dengan kata lain, terdapat deviasi (para) dalam ketertarikan seseorang (philia). Fantasi, doronganm atau perilaku harus berlangsung setidaknya selama 6 bulan dan menyebabkan distress. Seseorang dapat memiliki perilaku, fantasi, dan dorongan seperti yang dimiliki seorang paraphilia namun tidak didiagnosis menderita paraphilia jika fantasi atau perilaku tersebut tidak berulang atau bila tidak mengalami distress karenanya.

Dalam artikel ini saya akan mencoba untuk membahas mengenai pengertian, ciri gangguan, perspektif biopsikososiokultural terhadap gangguan dan prevensi yang dapat dilakukan untuk mencegah hal itu terjadi,Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Apa sih Sexual Masochism Disorder itu?

Gangguan masokisme seksual merupakan kondisi mengalami berulang dan gairah seksual yang intens dalam menanggapi abadi rasa sakit yang hebat , penderitaan , atau penghinaan . Ini dapat terjadi baik dengan atau tanpa asphyxiophilia,pengalaman gairah seksual dari dibatasi pernapasan . Diagnostik dan Statistik Manual ( DSM - 5 ) dari American Psychiatric Association menunjukkan bahwa seseorang mungkin memiliki kepentingan seksual masokis. Hal ini terjadi dalam hubungan heterosexual maupun homosexual.

Bagaimana Kriteria diagnostik menurut DSM V 302,83 ( F65.51 ) ?

A. Selama periode minimal 6 bulan , berulang dan gairah seksual yang intens dari tindakan dihina , dipukuli , diikat , atau dibuat menderita , sebagai manifested oleh fantasi , mendesak , atau perilaku

B. fantasi,dorongan seksual,atau perilaku yang menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan bidang sosial , pekerjaan, atau daerah lain yang penting dari fungsi .

Menentukan :

Dengan Asphyxiophilia : Jika individu terlibat dalam praktek seksual mencapai gairah yang berkaitan dengan pembatasan pernapasan .

Menentukan :

Dalam lingkungan yang terkendali : Specifier ini terutama berlaku untuk orang yang tinggal dalam pengaturan kelembagaan atau lain,di mana kesempatan untuk terlibat dalam masokis seksual perilaku yang dibatasi .

Dalam remisi penuh : Belum ada distress atau penurunan sosial, pekerjaan,atau daerah lain yang berfungsi selama 5 tahun terakhir di lingkungan yang tidak terkontrol

Bagaimana Ciri-Ciri Sexual Masochism Disorder itu?

Masokis sendiri dapat disebabkan karena adanya trauma di masa lalu, kemungkinan juga individu masokis mengalami trauma di masa kecil, misalnya seperti figur ibu yang inferior dan ayah yang superior. Selain itu, individu masokis juga mengalami kekerasan yang yang mendalam sehingga di alihkan menjadi kenyamanan. Tidak berfungsinya aspek sosial di dalam diri juga dapat menjadikan ciri dari pribadi masokis.

Bagaimana Menurut Sudut Pandang Biopsikososial

Biologi

Menurut DSM V Prevalensi populasi gangguan masokisme seksual tidak diketahui . Di Australia , Diperkirakan 2,2 % dari laki-laki dan 1,3 % perempuan telah terlibat dalam perbudakan dan disiplin , sadomasochism , atau dominasi dan penyerahan dalam 12 bulan terakhir. Sebagian besar orang yang mengidap paraphilia jenis ini adalah laki-laki, terdapat spekulasi bahwa endogren, hormone utama pada laki-laki, berperan dalam gangguan ini. Karena janin manusia pada awalnya terbentuk sebagai perempuan dan kelakian yang ditimbulkan oleh pengaruh hormonal terkemudian, mungkin pula dapat terjadi suatu kesalahan dalam perkembangann janin. Meskipun demikian, temuan mengenai perbedaan hormonal antara orang normal dan orang yang menngidap paraphilia tidak meyakinkan. Berkaitan dengan perbedaan otak, suatu disfungsi pada lobus temporalis dapat memiliki relevansi dengan sejumlah kecil kasus masochism,sadism dan ekshobisionisme (mason, Murphy 1997). Jika ternyata factor biologi berperan penting, kemungkinan besar hal ini hanya merupakan salah satu factor dari rangkaian penyebab yang kompleks yang menyangkut penglaman sebagai salah satu factor utama jika bukan satu-satunya factor utama (meyer 1995)

Psikososial

Dalam perspektif psikososial ini terbagi menjadi dua pandangan yaitu :

-          Pandangan Psikodinamik

Menurut pandangan psikodinamik, parafilia jenis ini pada dasarnya defensif, melindungi ego dari ketakutan dan ingatan dan direpres, dan mewakili fiksasi pada tahap pragenital dalam perkembangan psikoseksual.

-          Pandangan Behavioral dan Kognitif

Terdapat pandangan bahwa parafilia ini muncul dari classical conditioning, yang secara kebetulan telah memasangkan rangsangan seksual dengan kelompok stimulus yang dianggang tidak pantas oleh masyarakat. Namun teori yang terbaru mengenai parafilia bersifat multidimensional, dan menyatakan bahwa parafilia muncul apabila terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang. Seringkali orang dengan parafilia mengalami penyiksaan fisik dan seksual pada masa kanak-kanak, dan tumbuh dalam keluarga yang hubungan antara orang tua dengan anak terganggu (Mason, 1997; Murphy, 1997). Pengalaman-pengalaman awal ini dapat berkontribusi terhadap tingkat kemampuan sosial serta self-esteem yang rendah, kesepian, dan kurangnya hubungan intim yang sering terlihat pada parafilia (Kaplan & Kreuger, 1997; Marshall, Serran, & Cortoni, 2000). Kepercayaan bahwa sexual abuse pada masa kanak-kanak merupakan predisposisi untuk munculnya, ternyata, masih perlu ditinjau ulang. Berdasarkan penelitian, kurang dari sepertiga pelaku kejahatan seks merupakan korban sexual abuse sebelum mencapai usia 18 tahun. Distorsi kognitif juga memiliki peran dalam pembentukan parafilia. Orang dengan parafilia dapat membuat berbagai pembenaran atas perbuatannya. Pembenaran dilakukan antara lain dengan mengatribusikan kesalahan kepada orang atau hal lain, menjelek-jelekkan korban, atau membenarkan alasan perbuatannya. Sementara itu, berdasarkan perspektif operant conditioning, banyak parafilia yang muncul akibat kemampuan sosial yang tidak adekuat serta reinforcement yang tidak konvensional dari orang tua atau orang lain

Nah gimana cara kita untuk mencegahnya?

Ada 3 klasifikasi prevensi atau pencegahan yaitu :

Yang pertama Prevensi primer yaitu melakukan pencegahan terhadap individu yang rentan megalami gangguan. lalu yang kedua ada Prevensi sekunder yaitu dilakukan terhadap individu yang telah jelas mengalami gangguan, dan yang terakhir adalah Prevensi tersier yaitu sebuah pencegahan yang dilakukan agar gangguan yang dialami oleh individu tidak bertambah parah, dan ketika pulih, diusahan berfungsi kembali sebagaimana mestinya.

Dibawah ini saya akan coba membahas upaya pencegahan dari ketiga klasifikasi diatas.

Prevensi primer :

Mengajari anak-anak untuk mengenali perilaku orang dewasa yang tidak pantas, menolak bujukan, segera menjauh dari situasi tersebut dan melaporkan insiden tersebut kepada orang dewasa yang tepat. Anak-anak diajari untuk mengatakan ‘tidak’ secara tegas dan asertif apabila ada orang dewasa yang berbicara kepada mereka atau menyentuh mereka dengan cara yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Para penyuluh dapat menggunakan buku-buku komik., film, dan gambaran tentang situasi berisiko dalam upaya mengajarkan tentang karakteristik penganiayaan seksual dan bagaimana cara anak-anak melindungi diri mereka sendiri.
Intevensi untuk orang dewasa, titik beratnya adalah pada pemaparan terhadap ingatan atas trauma tersebut melalui diskusi atmosfer terapeutik yang aman dan suportif. Mempelajari bahwa seksualitas manusia yang sehat tidak dapat menjadi bagian yang memperkuat kepribadian individu seiring berkembangnya kematangan pribadinya. Hambatan dalam kontak fisik dapat ditangani dalam lingkungan terapi kelompok dengan cata memegang tangan dan mengusap punggung secara terstruktur dan nonseksual. Seperti halnya pada perkosaan, penting untuk membuang rasa bersalah atas apa yang terjadi, mengubah atribusi tanggung jawab individu dari konsep diri “tingkah laku saya buruk” ke “tingkah laku (pelaku) buruk”. Intervensi bervariasi tegantung pada usia korban — remaja berusia 14 tahun tidak memerlukan boneka untuk mengingat apa yang terjadi, dan anak berusia 3 tahun jelas tidak dapat mengikuti untuk terapi kelompok. 

Prevensi sekunder :

Terdapat beberapa jenis perawatan untuk parafilia, yaitu terapi psikoanalitis, behavioral, kognitif, serta biologis. Terdapat pula usaha hukum untuk melindungi masyarakat dari pelaku kejahatan seksual.

Teknik Behavioral
Para terapis dari aliran behavioral mencoba untuk mengembangkan prosedur terapeutik untuk mengubah aspek seksual individu. Pada awalnya, dengan pandangan bahwa parafilia merupakan ketertarikan terhadap obyek seksual yang tidak pantas, prosedur yang dilakukan adalah dengan terapi aversif. Terapi aversif dilakukan dengan memberikan kejutan fisik saat seoseorang menunjukkan perilaku yang berkaitan dengan parafilia. Metode lain, disebut satiation; seseorang diminta untuk bermasturbasi untuk waktu lama, sambil berfantasi dengan lantang. Kedua terapi tersebut, apabila digabungkan dengan terapi lai seperti pelatihan kemampuan sosial, dapat bermanfaat terhadap paedofilia, transvestisme, eksibisionisme, dan transvestisme (Brownell, Hayes, & barlow, 1977; Laws & Marshall, 1991; Marks & Gelder, 1967; Marks, Gelder, & Bancroft, 1970; Marshall & Barbaree, 1990).
Cara lain yang dilakukan adalah orgasmic reorientation, yang bertujuan membuat pasien belajar untuk menjadi lebih terangsang pada stimulus seksual yang konvensional. Dalam prosedur ini pasien dihadapkan pada stimulus perangsang yang konvensional, sementara mereka memberi respon seksual terhadap rangsangan lain yang tidak konvensional. Terdapat pula teknik lain yang umum digunakan, seperti pelatihan social skills.

Penanganan Kognitif
Prosedur kognitif sering digunakan untuk mengubah pandangan yang terdistorsi pada individu dengan parafilia. Diberikan pula pelatihan empati agar individu memahami pengaruh perilaku mereka terhadap orang lain. Banyak program penanganan yang memberikan program pencegahan relapse, yang dibuat berdasarkan program rehabilitasi ketergantungan obat-obatan terlarang.

Prevensi Tersier :

Penanganan Biologis
seperti yang sempat banyak diberikan dua generasi yang lalu adalah dengan melakukan kastrasi atau pengangkatan testis. Baru-baru ini, penanganan biologis yang dilakukan melibatkan obat-obatan. Beberapa obat yang digunakan adalah medroxyprogesterone acetate (MPA) dan cyptoterone acetate. Kedua obat tersebut menurunkan tingkat testosteron pada laki-laki, untuk menghambat rangsangan seksual. Walaupun demikian, terdapat masalah etis dari penggunaan obat, karena pemakaian waktu yang tidak terbatas serta efek samping yang mungkin muncul dari pemakaian jangka panjang. Baru-baru ini, fluoxetine (Prozac) telah digunakan, karena obat tersebut kadang-kadang efektif untuk mengobati obsesi dan kompulsi. Karena parafilia terbentuk dari pikiran dan dorongan yang serupa dengan parafilia.

Usaha Hukum

Di Amerika, sebagai akibat dari tuntutan masyarakat, telah muncul hukum mengenai pelaku kejahatan seks. Dikenal sebagai Megan’s Law, hukum tersebut memungkinkan warga sipil untuk mendeteksi keberadaan mantan pelaku kejahatan seksual, yang dianggap berbahaya. Dengan hukum ini, diharapkan masyarakat dapat waspada, dan para mantan pelaku tidak berkesempatan untuk mengulangi kejahatannya.

Daftar Pustaka:

1.    DSM-IV Taskforce. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: Text revision, 4th Ed. Washington, DC: American Psychiatric Association.

2.    American Psychiatric Association. (2013) Diagnostic and statistical manual of Mental Disorders fifth edition. United States of America. America Psychiatric Publishing.

3.    A. Ratus Spencer, Greene Beverly, S. Nevid Jeffrey. “Abnormal Psychology In A Changing World” Fourth Edition. 391

4.    C. Davidson Gerald, M. Kring Ann, M. Neale John. “Abnormal Psychology-Ninth Edition”. 14:623-633

5.    http://www.minddisorders.com/Py-Z/Sexual-masochism.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun