Mohon tunggu...
Tazkya Aulia
Tazkya Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran

Senang berkuliner dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tak Makan Nasi, Inilah Keunikan Kuliner Kampung Cireundeu

11 Februari 2022   11:20 Diperbarui: 11 Februari 2022   11:56 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu tahu gak sih, kalau ada satu kampung di Jawa Barat yang penduduknya gak makan nasi? 

Kampung tersebut terletak di Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat. Nama kampung tersebut ialah Kampung Cireundeu. Kampung Cireundeu merupakan kampung yang masih menjaga adat istiadatnya hingga saat ini. Hal tersebut menjadikan Kampung Cireundeu salah satu destinasi wisata edukatif di Kota Cimahi, Jawa Barat.

Di Kampung Cireundeu, pengunjung dapat berkesempatan untuk mengenali secara langsung kebudayaan-kebudayaan baru sembari menikmati keindahan alam sekitar. Kampung Cireundeu memiliki ciri khas wisata kuliner yang unik dan berbeda dari kawasan sekitarnya. Sebab, warga Kampung Cireundeu menggunakan singkong sebagai bahan dasar utama untuk memproduksi oleh-oleh dan makanan yang kemudian akan dipasarkan kepada pengunjung. Selain itu, warga Kampung Cireundeu tidak mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, melainkan beras singkong atau yang akrab disebut rasi. 

Awal mula masyarakat Kampung Cireundeu mengonsumsi rasi ialah sejak 1918. Gagasan untuk mengonsumsi singkong bermula pada saat penjajahan negara Belanda ketika warga mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan utama berupa beras. Tentu saja gagasan tersebut tidak langsung diimplementasikan dan membutuhkan proses sekitar 6 tahun lamanya untuk mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dari warga sekitar. Oleh karena itu, sejak 1924, warga mulai terbiasa mengonsumsi singkong sebagai bahan utama pangan sehari-hari. Bahkan Kampung Cireundeu juga mendapatkan gelar Pahlawan Pangan pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kota melalui wedana Cimahi.

Masyarakat Kampung Cireundeu berpedoman pada prinsip hidup yang mereka anut yaitu: "Teu Nyawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat" yang maksudnya adalah tidak punya sawah asalkan punya beras, tidak punya beras asalkan dapat menanak nasi, tidak punya nasi asal bisa makan, tidak makan asal bisa kuat. 

Selain rasi, masyarakat setempat juga memanfaatkan singkong menjadi tepung singkong yang selanjutnya dapat diolah menjadi aneka makanan lainnya. Terdapat 2 jenis makanan yang dapat diolah baik dari singkongnya maupun tepung singkong yaitu makanan kering dan basah. Makanan kering biasanya dijadikan oleh-oleh khas Kampung Cireundeu yang terdiri dari egg roll, dendeng kulit singkong, kicipir, simping, cireng, saroja atau kembang goyang, opak bumbu, cheese stick, dan keripik bawang. Makanan basah terdiri dari rasi goreng, tiwul, awug, surandil, cireng, comro, gemblong, dan putri noong.

Ada hal yang harus diperhatikan sebelum kamu berburu kuliner khas di Kampung Cireundeu. Untuk makanan kering dapat dijumpai setiap harinya di Toko Serba Singkong, dan harganya pun beragam mulai dari Rp15.000 saja. Biasanya makanan kering ini menjadi oleh-oleh khas Kampung Cireundeu bagi para pengunjung. Namun, untuk makanan basah khas Kampung Cireundeu hanya dapat dijumpai pada hari Minggu saja. Alasannya, ialah selain makanan basah ini tidak dapat bertahan lama, banyak pula pengunjung yang mengunjungi Kampung Cireundeu pada hari Minggu sepulang berolahraga ataupun sekedar jalan-jalan bersama keluarga. 

Kalau kamu sedang berada di Bandung dan sekitarnya, tidak ada salahnya untuk mencoba kuliner khas Kampung Cireundeu ini ya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun