Mohon tunggu...
Tazkiya Husna Amila
Tazkiya Husna Amila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gratitude: Sourch of Psychologycal Well-Being

3 Juli 2023   00:20 Diperbarui: 3 Juli 2023   00:23 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Setiap manusia memiliki emosi positif dan emosi negatif yang diberikan oleh Tuhan. Emosi positif yang dimiliki oleh manusia salah satunya yaitu gratitude. 

Gratitude merupakan bentuk menerima segala hal yang diberikan oleh Tuhan untuk dirinya. Menurut Seligman, gratitude marupakan suatu bentuk emosi positif dalam mengekspresikan kebahagiaan dan rasa terimakasih terhadap segala kebaikan yang diterima. 

Manusia yang memiliki rasa kebersyukuran akan menyadari bahwa apapun yang dihadirkan dalam hidup merupakan hal-hal baik untuk dirinya dan akan selalu memandang bahwa semua hal yang terjadi dalam kehidupannya merupakan kebaikan dari Tuhan. Para filosofis memandang gratitude sebagai nilai induk yang paling utama dari nilai-nilai kebaikan yang lain.

Dalam pembahasan psikologi positif, gratitude merupakan salah satu character strengths  yang masuk ke dalam virtues trancendence, di mana dalam virtue tersebut manusia mamandang kehidupan sebagi sesuatu yang penuh dengan makna. Gratitude memiliki dua bentuk, yaitu gratitude sebagai state atau keadaan, dan gratitude sebagai trait atau sifat. Gratitude sebagai state merupakan perasaan menerima segala hal yang diterima. Sedangkan gratitude sebagai trait merupakan kecenderungan seseorang untuk merasa bersyukur dalam situasi-situasi tertentu. 

Gratitude memiliki tiga faktor yang dapat mempengaruhinya, pertama Emotionality, yaitu kecenderungan seseorang menilai kepuasan hidupnya. Kedua Prosociality, yaitu kecenderungan seseorang untuk diterima di lingkungan soisal, dan yang terakhir yaitu Religiousness, yang merupakan nilai-nilai transendental atau keagamaan.

Dari faktor religiousness dapat diketahui bahwa gratitude dapat dipengaruhi karena nilai-nilai transendental yang di dalamnya mengandung nilai-nilai ketuhanan khususnya dalam ajaran Islam. Perintah untuk bersyukur terkandung dalam Qs. Ibrahin ayat 7, di mana dalam ayat tersebut Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan-Nya dan akan menambahkan nikmat-Nya kepada hamba yang bersykur. Tetapi konsekuensi jika tidak bersykur, maka akan diberikan azab oleh Allah SWT karena meningkari nikmat-Nya.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gratitude memiliki peran yang cukup besar dalam meningkatkan psychologycal well-being seseorang, karena gratitude merupakan dasar atau sumber dari kesejahteraan individu. Psychologycal well-being merupakan kondisi di mana individu merasakan kesejahteraan psikologis dengan adanya rasa bahagia. Konsep gratitude dan psychologycal well-being memiliki kesamaan sehingga keduanya bisa saling mempengaruhi satu sama lain. Individu yang memiliki rasa kebersyukuran tinggi, akan memandang kehidupan sebagai hal yang penuh makna. 

Kesulitan-kesulitan yang dialaminya dianggap sebagai ujian yang diberikan Tuhan untuk meningkatkan kualitas hidupnya menjadi lebih baik. Rasa syukur menjadikan individu merasa lebih baik menjalani kehidupann karena emosi positif yang dihasilkan dari rasa syukur akan menolak semua emosi negatif yang muncul dan akan melahirkan psychologycal well-being pada diri individu.

Seringkali manusia memandang bahwa kebahagiaan akan menjadikan kita bersyukur, namun hal tersebut keliru, karena bersyukurlah yang menjadi pendorong lahirnya kebahagiaan bahkan kesejahteraan. Dengan selalu bersyukur, segala sesuatu yang datang, baik maupun buruk akan selalu dipandang sebagai suatu hal yang penuh hikmah dan menerima dengan lapang dada. Kebahagiaan akan menurunkan tingkat stress, dan memberikan hal positif bagi kesejahteraan psikologis pada diri individu. Ketika seseorang mampu untuk bersyukur, maka akan mudah bagi dirinya untuk mencapai aspek well-being atau penerimaan diri dalam kehidupannya.

Reference : 

Prabowo,A. (2017). Gratitude dan Psychologycal Well-Being Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol.5 No.02

Utami,W. (2016). Kajian Penelitian Psikologi. Journal An-Nafs.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun