Mohon tunggu...
TAZKIR
TAZKIR Mohon Tunggu... Guru - SELALU OPTIMIS

TERUS BERKARYA UNTUK ANAK BANGSA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berpura-pura Berperilaku Baik

1 April 2024   13:35 Diperbarui: 1 April 2024   13:40 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpura Pura Berprilaku Baik 

Oleh

Tazkir, S.Pd, M.Pd

 

Berpura-pura berprilaku baik istilah sekarang (ada maunya) yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mencoba mendapatkan keuntungan pribadi dengan cara yang merendahkan martabat atau integritas dirinya sendiri. 

Seringkali berperilaku secara berlebihan untuk menyenangkan atau memuaskan orang lain yang memiliki kekuasaan atau posisi penting, tanpa memperdulikan nilai-nilai moral atau etika yang seharusnya dijunjung tinggi dapat ditemukan di lingkungan politik, jabatan atau bisnis, di mana seseorang mencoba memperoleh keuntungan atau posisi penting dengan cara yang tidak etis, seperti memberikan sesuatu atau menggantikan hak orang lain, untuk memuaskan orang yang memiliki kekuasaan.

Secara umum, sebagai perilaku yang merendahkan martabat dan integritas diri sendiri, karena mereka berusaha untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak jujur atau etis. Oleh karena itu, sebagai individu, kita harus berusaha untuk selalu memegang teguh nilai-nilai moral dan etika dalam menjalankan tugas dan hubungan sosial kita, dan tidak terjerumus dalam perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Berpura-pura berprilaku baik merupakan perilaku atau sikap di mana seseorang berpura- pura menjadi baik atau ramah, tetapi sebenarnya memiliki motif atau niat yang tidak tulus ini adalah fenomena sosial yang umum terjadi di berbagai lingkungan, meskipun terkadang dianggap sebagai strategi untuk mencapai tujuan tertentu, Berpura purabaik sebenarnya memiliki dampak negatif yang cukup besar.

Salah satu dampak negatif dari berpura-pura baik adalah hilangnya kepercayaan dan kejujuran dalam hubungan sosial. Ketika seseorang terus-menerus berpura-pura baik tanpa memiliki niat yang tulus, orang lain akan sulit membedakan antara perilaku yang tulus dan yang palsu. Hal ini dapat menyebabkan keraguan dan ketidakpastian dalam hubungan antarmanusia, yang pada akhirnya dapat merusak kepercayaan satu sama lain.

Selain itu, berpura-pura baik juga dapat menciptakan ketidak adilan sosial. Misalnya, dalam konteks politik, jabatan atau bisnis, seseorang mungkin berpura-pura baikkepada pihak lain untuk mendapatkan keuntungan atau dukungan. Hal ini dapat mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan atau sumber daya yang seharusnya tidak terjadi jika semua pihak bertindak dengan jujur dan transparan.

Selain itu, berpura-pura baik juga dapat menyebabkan konflik sosial. Ketika motif Berpura purabaik seseorang terbongkar, hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati dan ketidakpercayaan yang dalam, yang pada gilirannya dapat memicu konflik antar individu atau antargrup.

Untuk mengatasi masalah tersebut penting bagi setiap individu untuk berkomunikasi dengan jujur dan tulus. Dengan berkomunikasi secara terbuka dan transparan, kita dapat membangun hubungan yang kuat dan saling percaya, tanpa harus terjerat dalam praktik Berpura purabaik yang merugikan ini.

Berpura-pura baik seringkali dianggap sebagai tindakan licik, dapat menyebabkan konflik sosial yang merugikan. Praktik ini, meskipun terkadang dilakukan dengan niat baik, seringkali berujung pada ketidak percayaan, ketidak jujuran.

Salah satu dampak utama dari berpura-pura baik adalah terkikisnya kepercayaan dalam hubungan sosial. Ketika seseorang berpura-pura baiktanpa memiliki niat yang tulus, orang lain mungkin merasa curiga dan tidak yakin terhadap motif sebenarnya. Hal ini dapat menciptakan distansi emosional dan mengganggu keseimbangan dalam interaksi sosial, yang pada akhirnya dapat mengarah pada konflik.

Selain itu, berpura-pura baik juga dapat menciptakan ketidakadilan dalam masyarakat, hal ini dapat menyebabkan rasa frustrasi dan ketidak puasan dalam masyarakat, yang pada gilirannya dapat memicu konflik sosial.

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi setiap individu untuk berkomunikasi dengan jujur dan tulus, dengan berkomunikasi secara terbuka dan transparan, kita dapat membangun hubungan yang kuat dan saling percaya, tanpa harus terjerat dalam praktik berpura-pura baik yang berpotensi merugikan ini. Selain itu, penting juga untuk membangun kesadaran akan dampak negatif dari berpura-pura baik dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kejujuran dan integritas dalam interaksi sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun