Sekolah dasar merupakan sekolah pertama yang mendapatkan tumpuan besar dan harapan untuk dapat membekali konsep dasar bagi anak. Siswa sekolah dasar memiliki kemampuan dasar salah satunya yaitu kemampuan dari berpikir konkret menjadi berpikir abstrak. Hal ini juga dikemukakan oleh Piaget (Irsyad: 2012) bahwa anak usia sekolah dasar memasuki fase operasional konkret. Fase tersebut diimplementasikan melalui kemampuan berhitung dalam pelajaran matematika. Pembelajaran matematika dapat menciptakan pola pikir siswa dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gravemeijer (Rahmawati, 2013: 226) bahwa matematika harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari terutama pada usia sekolah dasar. Keterampilan berhitung dalam matematika berkaitan dengan pemahaman konsep yang ada pada diri siswa. Memahami konsep tidak sekedar menghafal, namun dengan mempelajari contoh konkret sehingga siswa dapat mendefinisikan sendiri suatu informasi (Taufikurrahman&Nurhaswinda, 2021: 2).  Kesalahan konsep yang diberikan kepada siswa salah satunya disebabkan kurangnya kreativitas guru terhadap media pembelajaran yang digunakan (Mahdalena, 2017:3). Nugrohoningdyah (2013: 2) mengungkapkan pendapat jika materi akan mudah dipahami apabila media berasal dari benda-benda nyata yang sering dijumpai siswa di lingkungan sekitar.
      Berdasar wawancara dan observasi di kelas III SD Negeri I Gedaren diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membandingkan pecahan. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan yaitu pembelajaran yang masih didominasi dengan cara-cara formal sehingga hal tersebut tidak dapat mendukung pemahaman siswa mengenai konsep pecahan (Zabeta et al : 2015). Permasalahan-permasalahan diatas akan teratasi bila ada penggunaan media yang tepat dengan didukung suasana belajar yang menyenangkan. Media pembelajaran dapat merangsang siswa untuk tetap belajar Matematika tanpa merasa bosan (Adhiana dkk, 2022: 16). Berdasar hasil observasi di kelas III SD Negeri I Gedaren yang dilakukan pada tanggal 22 September 2022, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika masih kurang digemari oleh siswa. Siswa masih merasa kesulitan dalam memahami materi mengenai membandingkan pecahan. Media pembelajaran konkret yang digunakan saat pembelajaran matematika belum digunakan sehingga keaktifan siswa juga belum tampak. Penyampaian materi masih menekankan pada bagaimana cara menyelesaikan soal, belum menekankan pada pemahaman konsep pecahan. Oleh karena itu, untuk menjelaskan materi mengenai perbandingan pecahan digunakan media PANELCA (Papan Tempel Pecahan).
      PANELCA (Papan Tempel Pecahan) merupakan media pembelajaran untuk melibatkan keaktifan siswa dalam memahami materi pecahan. Pengembangan media ini menggunakan desain intruksional yang mengacu pada langkah ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Penelitian ini dilakukan di SD Negeri I Gedaren, Kabupaten Klaten pada 12 siswa kelas III. Pada tahap analisis, dilakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui permasalahan yang ada saat pembelajaran matematika di kelas III. Selanjutnya, yaitu melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kelebihan dan kekurangan produk yang dikembangkan. Tahap desain diawali dengan menetukan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selanjutnya, membuat desain produk yang akan dikembangkan yaitu media PANELCA. Pada tahap Pengembangan (Development) dilakukan validasi ahli materi dan ahli media sebelum media diujicobakan kepada siswa. Validasi materi dilakukan secara dua tahap dan mendapat rata-rata skor 4,87 dengan kategori "Layak". Validasi media juga dilakukan secara dua tahap dan memperoleh skor rata-rata 4,4 dengan kategori "Layak". Kesimpulan dari validasi materi dan media yaitu "Layak diujicobakan tanpa revisi". Setelah media dinyatakan layak, tahap selanjutnya yaitu implementasi produk. Tahap implementasi yaitu tahap dimana produk berupa media pembelajaran diujicobakan kepada siswa. Uji coba lapangan dilakukan dengan mengerjakan soal pre-test dan post-test. Hasil pre-test dari 12 siswa yang menjadi subyek uji coba diperoleh rata-rata nilai 57,9. Hasil post-test dari 12 siswa tersebut memperoleh rata-rata nilai 81,2. Hal tersebut membuktikan bahwa setelah dilakukan uji coba penggunaan media, jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM meningkat sehingga dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan pemahaman konsep mengenai pecahan. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil post-test mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata-rata hasil pre-test yang dilakukan sebelumnya. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan media PANELCA, maka dilakukan analisis hasil pre-test dan post-test menggunakan gain score (N-Gain). Hasil perhitungan menggunakan gain score mendapat skor 57,006% memiliki kategori "Cukup Efektif" (Hake, 1999) sehingga dapat meningkatkan pemahaman mengenai membandingkan pecahan dengan penyebut atau pembilang sama. Tahap terakhir yaitu evaluasi. Tahap ini berisi saran dan masukan dari ahli materi, ahli media, siswa, dan guru. Pengembang melakukan evaluasi dengan cara melakukan perbaikan media di setiap tahapan berdasar saran dan masukan.
    Berdasar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran PANELCA yang dikembangkan dalam penelitian ini layak, praktis, dan efektif digunakan untuk membantu proses pembelajaran matematika pada materi membandingkan pecahan di kelas III SD Negeri I Gedaren.
DAFTAR PUSTAKA
Adhiana, V.I., dkk. (2022). Pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi bagi siswa kelas X SMA Ananda Batam. Jurnal CBIS, 3 (2) , 79
Irsyad, D. (2012). Teori perkembangan kognitif piaget. Diambil pada 31 Oktober    2022 pukul 14.53 dari https://konselingindonesia.com/read/390/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html
Mahdalena. (2017). Pengembangan multimedia untuk perolehan belajar konsep pecahan di kelas III SDN 41 Ambawang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 6 (12), 3-10
Nugrohoningdyah, E.D., & Ulhaq, Z. (2013). Pemanfaatan media benda konkret pada pembelajaran tematik untuk meningkatkan hasil belajar Matematika di      sekolah dasar. JPGSD, 01 (02), 1-11
Rahmawati, F. (2013). Pengaruh pendekatan pendidikan realistik Matematika dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa sekolah    dasar. Makalah disajikan dalam Seminar Semirata di Universitas Lampung
Taufikurrahman., & Nurhaswinda. (2021).   Penggunaan media pembelajaran papan  pecahan untuk meningkatkan pemahaman   konsep Matematika    pada siswa    sekolah dasar. Jurnal  Pendidikan dan   Konseling. 3 (1),      2
Zabeta, M., Hartono, Y., & Putri. (2015). Desain pembelajaran materi pecahan menggunakan pendekatan PMRI di kelas VII. Beta, 8 (1), 86-99
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H