Novel ini menghadirkan 16 cerpen yang disajikan dengan bahasa sederhana. Huruf awal di 14 judul cerpennya diambil dari satu-persatu huruf pada judul buku, sehingga jika diurutkan, keseluruhan judul cerpen akan membentuk kata HANYA IMAJINASI.
Salah satu cerpen yang berkesan dan alurnya melekat di kepala hingga saat ini ialah cerpen dengan judul ‘Narelle dan Gideon’. Berbeda dari kebanyakan cerpen Naomi yang mengisahkan tentang cinta sepihak, cerpen ini mengisahkan tentang dua insan yang saling jatuh cinta. Namun, cerita ini tetap memiliki akhir yang tragis seperti cerpen Naomi lainnya.
Semua cerita dalam novel ini mengalir begitu saja. Keenam belas babnya memiliki permasalahan yang berbeda-beda sehingga cenderung tidak monoton. Penulis ingin menyampaikan makna hidup dari berbagai perspektif dan lapisan kehidupan melalui karakter-karakter yang ia ciptakan. Ia juga ingin menyampaikan bahwa eksistensi seseorang pasti memiliki arti dalam hidup orang lain.
Novel ‘Hanya Imajinasi’ menyajikan plot yang manis sekaligus tragis di seluruh ceritanya. Imajinasi-imajinasi mengenai berbagai masalah kehidupan mampu membuat pembaca untuk lebih menghargai setiap waktu dan momen yang dilewati. Plot twist yang berat berhasil dikemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna oleh kalangan remaja seusianya. Dengan novel ini, Naomi Lesmana mampu memukau dan membuat pembacanya berkesan.
*) Tazkia Kusmanandyah Putri, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H