Setelah runtuhnya sistem sosialis, negara-negara bekas satelit Uni Soviet di Eropa Timur secara sistematis mengintegrasikan diri ke dalam institusi-institusi Barat, seperti Uni Eropa dan NATO. Akan tetapi di mata Rusia, Ukraina begitu penting karena sangat terkait dengan kejayaan Rusia di mata dunia. Berjalannya konflik Rusia dan Ukraina melahirkan sanksi ekonomi yang diberikan kepada Rusia karena penyerangan yang dilakukannya. Penyerangan dilontarkan saat Ukraina menjalankan keinginannya untuk bergabung dengan NATO.Â
Keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO merupakan ancaman bagi Rusia, yang "telah berulang kali berpaling dari perjanjian yang telah menjaga perdamaian di seluruh benua selama beberapa dekade. Rusia terus membidik NATO, aliansi defensif dan sukarela yang melindungi hampir satu miliar orang di seluruh Eropa dan Amerika Utara, serta prinsip-prinsip perdamaian dan keamanan internasional yang kita semua berkepentingan untuk mempertahankannya," seperti yang dinyatakan oleh Antony Blinken (Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, 2022).
Menurut Wiseman (2022), kenyataan dari sanksi ekonomi Rusia tidak hanya menimbulkan bencana ekonomi pada Rusia. Sanksi ekonomi Rusia sekaligus mengancam perekonomian global, mengguncang pasar keuangan, serta membuat hidup lebih berbahaya bagi segala pihak. Rusia dan Ukraina adalah pemain penting dalam ekspor minyak, gas alam, batu bara, gandum, dan komoditas lainnya di pasar global.Â
Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics melaporkan bahwa kedua negara memproduksi 70% neon global yang merupakan komoditas penting dalam produksi semikonduktor. Krisis Rusia-Ukraina menyebabkan kepanikan karena negara-negara dan produsen mobil terutama sudah menyaksikan kelangkaan chip komputer. Zandi juga mengamati bahwa kedua negara bertanggung jawab atas 13% pasokan titanium global yang digunakan dalam pembuatan jet penumpang serta 30% paladium global yang digunakan di mobil, ponsel, dan tambalan gigi, dengan demikian, dampak krisis ini pada rantai pasokan global (Wiseman, 2022).
Contohnya terbukti di Amerika, seorang reporter dari CNN, Egan (2022), melaporkan "Meskipun serangan Rusia ke Ukraina terjadi beberapa ribu mil jauhnya dari kota terdekat di Amerika, dampak ekonominya akan dirasakan oleh jutaan rumah tangga Amerika Serikat karena ekonomi global dan pasar keuangan saling terkait". Mereka menyatakan bahwa meskipun tidak seperti Eropa yang mengimpor sejumlah besar makanan dari Rusia (eksportir gandum terbesar di dunia), AS hanya mengimpor sedikit sekali dari Rusia. Namun "krisis komoditas yang disebabkan oleh konflik dapat memiliki dampak yang paling tidak untuk sementara waktu menaikkan harga-harga bahan mentah dan barang jadi ketika sebagian besar dunia, termasuk AS, mengalami inflasi yang cepat."
Dengan kata lain, meskipun Amerika Serikat mengimpor minyak dari Rusia dalam jumlah yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan Eropa, pasar komoditas energi bersifat global, sehingga perubahan harga minyak di salah satu belahan dunia pada akhirnya akan mempengaruhi harga minyak di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat. Pengaruh ini tidak hanya terjadi pada minyak saja, kemungkinan juga terjadi pada kebutuhan logam global dan menyebabkan inflasi di mana mana.Â
Sebagai importir penting komoditas dari Rusia, selain Amerika Serikat hadirlah Uni Eropa. Rusia bukan hanya pengekspor gas alam dan minyak terbesar di dunia, tetapi juga pengekspor utama komoditas-komoditas ini ke Eropa (Bhattarai et al., 2022). Para penulis ini juga menyarankan bahwa meskipun akan merugikan Rusia, Rusia (eksportir energi utama Uni Eropa) mungkin akan menanggapi sanksi Uni Eropa dengan membatasi ekspor minyak, gas, dan batu bara ke Uni Eropa, sehingga akan mengakibatkan kenaikan harga pada komoditas-komoditas tersebut, ketidakpastian, dan melemahkan konsumsi. Negara-negara Eropa (impor) bergantung pada Rusia untuk sekitar 25% minyak dan 40% gas alam mereka (Wiseman, 2022).
Harga gas alam di Eropa sekitar enam kali lebih tinggi daripada harga pada awal tahun 2022 karena serangan Rusia baru-baru ini terhadap Ukraina yang menyebabkan kenaikan harga gas alam sebesar 20%, sehingga meningkatkan inflasi dan membengkaknya tagihan listrik (Wiseman, 2022). Dalam hal yang sama, kepala ekonom di bank Berenberg menyuarakan, "Hambatan dari harga yang lebih tinggi dan efek kepercayaan negatif dapat menurunkan pertumbuhan PDB riil di zona euro dari 4,3% menjadi 3,7% untuk tahun 2022" (Wiseman, 2022).
Perang Rusia-Ukraina tahun 2022 dapat diringkas dalam kata-kata Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, yang menyatakan, "perang ini lebih besar dari konflik antara dua negara, ini lebih besar dari Rusia dan NATO, ini adalah krisis dengan konsekuensi global, dan membutuhkan perhatian dan tindakan global" (Departemen Luar Negeri AS, 2022). Dapat dilihat bahwa kala ini dunia internasional bekerja dengan adanya keterkaitan satu sama lain. Kaitan ini menggambarkan jika ada salah satu negara yang bermasalah sudah pasti akan menggoyahkan negara - negara lainnya yang berkaitan dekat maupun sangat jauh.Â
Oleh karena itu, penting bagi para pembuat kebijakan di negara-negara yang secara signifikan bergantung pada Rusia untuk impor komoditas penting sebaiknya memulai negosiasi tentang cara-cara alternatif untuk bertahan hidup jika Rusia memutuskan untuk bereaksi dengan menghukum Barat melalui pembatasan ekspor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H