Mohon tunggu...
Taxtau Mencari Tau
Taxtau Mencari Tau Mohon Tunggu... -

Berusaha mengikuti para pendahulu pemilik kebenaran yang murni yang telah dijamin kebenarannya oleh Yang Maha Benar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

(Sekilas) Patokan Salah yang Harus Dijauhi Jika Mengharapkan Kebaikan

28 Juni 2011   09:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:06 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika dunia sebagai ukuran keberhasilan maka lihatlah bagaimana negara-negara kufar berhasil memajukan teknologi, ekonomi, infrastruktur dll. Di Rusia, Amerika, Inggris, Jepang, Belanda, Australia dsb. Namun apakah itu semua menjadi keberhasilan secara hakiki? Yaitu yang  mendapat balasan Kebahagiaan kehidupan kekal di Akhirat? Apabila teknologi sekarang bisa memudahkan manusia, maka termasuk pula memudahkan manusia melaksanakan ketaatan maupun juga memudahkan melaksanakan kemaksiatan. Internet bisa menjadi sarana menyebarkan dakwah namun bisa juga menyebarkan konten-konten kejelekan. Berbeda dengan ilmu agama yang semakin jauh dari generasi Nabi Shallallahu A'alaihi Wasallam maka ilmu agama semakin berkurang.  Padahal ilmu agama yang mengangkat derajat manusia:

“Katakanlah: “Apakah sama antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?” (QS. Az-Zumar: 9)
Dan Allah berfirman:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya niscaya Allah akan menjadikannya faham dalam masalah agama.” (HR. Al-Bukhari no. 71, 2948, 6882 dan Muslim no. 1037)

Dan telah tersebut dalam Hadits Nabi Shallallahu A'alaihi Wasallam bahwa:

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian generasi setelahnya kemudian generasi setelahnya”

Jika manusia mengira bisa mengembangkan teknologi, ekonomi, infrastruktur namun semakin menjauhkan dari kebenaran maka hakikatnya itu adalah istidraj dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian ia akan mengalami kerugian yang abadi. Silakan cari apa arti 'istidraj'.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Al Hadid: 20]

Menolak kebenaran/Meremehkan Manusia (Sombong), Hasad

Di antara sekian banyak faktor yang paling banyak menggelincirkan makhluk dari jalan Allah Ta'ala adalah al-kibr (kesombongan) dan al-hasad (kedengkian) yang ada pada dirinya.

Kesombongan dan kedengkian inilah yang menyeret Iblis la’natullah alaih untuk durhaka kepada Allah Ta'ala. Kedurhakaan Iblis ini adalah yang pertama kali dalam alam semesta. Hal itu terjadi karena Iblis iri dan dengki dengan keutamaan serta kedudukan Adam Alaihi Salam. Di mana Allah Ta'ala memilih beliau untuk menjadi khalifah di muka bumi, Allah Ta'ala ajari beliau berbagai nama (benda) seluruhnya, serta Allah Ta'ala perintahkan para malaikat untuk sujud kepadanya. Hal inilah yang menyeret Iblis untuk durhaka kepada Allah Ta'ala.

Demikian pula, kesombongan dan kedengkianlah yang menyeret Yahudi untuk tidak beriman kepada Allah Ta'ala dan mengingkari kenabian Muhammad Shallallahu 'Alahi Wasallam . Mereka adalah ahlul kitab, yang mengetahui berita akan diutusnya beliau Shallallahu 'Alahi Wasallam  melalui kitab Taurat dan Injil. Sebelum beliau Shallallahu 'Alahi Wasallam  diutus, mereka juga sering menceritakan kepada orang-orang Arab bahwa waktu diutusnya Muhammad Shallallahu 'Alahi Wasallam telah dekat. Setelah diutusnya beliau Shallallahu 'Alahi Wasallam, mereka juga betul-betul yakin bahwa beliau Shallallahu 'Alahi Wasallam  adalah utusan Allah Ta'ala, sebagaimana yakinnya mereka terhadap anak-anak mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun