Mohon tunggu...
Taxtau Mencari Tau
Taxtau Mencari Tau Mohon Tunggu... -

Berusaha mengikuti para pendahulu pemilik kebenaran yang murni yang telah dijamin kebenarannya oleh Yang Maha Benar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

(Sekilas) Patokan Salah yang Harus Dijauhi Jika Mengharapkan Kebaikan

28 Juni 2011   09:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:06 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menjadikan Akal semata untuk menghukumi baik/buruknya sesuatu

Imam Abu Daud  meriwayatkan dari ‘Ali -radhiyallahu ‘anhu-, beliau berkata:
“Seandainya agama itu dengan akal, niscaya bagian bawah khuf yang lebih pantas daripada bagian atasnya. Sungguh saya telah Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- mengusap bagian atas kedua khuf beliau”.

As-Safarini rahimahullah berkata: “Allah Ta'ala menciptakan akal dan memberinya kekuatan adalah untuk berpikir dan Allah Ta'ala  menjadikan padanya batas yang ia harus berhenti padanya dari sisi berfikirnya bukan dari sisi ia menerima karunia Ilahi. Jika akal menggunakan daya pikirnya pada lingkup dan batasnya serta memaksimalkan pengkajiannya, ia akan tepat (menentukan) dengan ijin Allah. Tetapi jika ia menggunakan akalnya di luar lingkup dan batasnya yang Allah Ta'ala  telah tetapkan maka ia akan membabi buta…” (Lawami’ul Anwar Al-Bahiyyah, hal. 1105)

Menjadikan dunia sebagai ukuran keberhasilan hakiki

Allah Subhanallahu wa Ta’ala memberikan dunia kepada siapa saja yang Allah cintai dan yang tidak Allah cintai. Namun, tidaklah Allah memberikan agama ini, kecuali kepada siapa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala cintai. Sebesar apapun seseorang diberikan kekayaan dunia, niscaya lambat laun ia yang akan meninggalkan dunia atau dunia yang akan meninggalkannya.

Kalau memang dunia menjadi ukuran kemuliaan seseorang, tiada kan Allah Subhanahu wa Ta’ala membiarkan Rasulullah beserta keluarga beliau melalui bulan demi bulan hanya dengan mengkonsumsi aswadan.

Aswadaan artinya kurma dan air. Dalam kesederhanaan, purnama demi purnama beliau dan keluarga beliau hanya makan kurma dan minum air.

Dan pernah juga Umar bin Al Khattab menemui beliau di kamar. Pada punggung rasulullah terdapat bekas anyaman daun kurma dari tikar tempat beliau tidur. Umar bin Al Khattab kemudian menangis dan berkata,

"Wahai Rasulullah, engkau adalah manusia pilihan Allah, kenapa keadaanmu seperti ini sedangkan para pembesar Romawi dan Persia hidup dalam keadaan mewah?"

Beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- berkata, "Bukankah engkau ridha bila bagi mereka dunia, dan bagi kita akhirat wahai Umar?"

Bagi mereka dunia, bagi kita akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun