Tujuh tahun lagi koleksi sinetron jadi candi
Â
Apa aku salah menonton sinetron ?
Â
Puisi itu hanya menjadi tulisan di atas kertas, tak pernah ada yang membacanya, tertulis saja di buku gambarku. Lega saja aku sudah menuliskannya waktu itu selega setelah keluar dari toilet.
Â
Aku tetap menonton sinetron, terkadang juga ‘Sinema Hidayah’ di televisi yang susunan kata pada judul-judulnya juga pernah memancingku untuk membuat gambar berjudul ‘SAAT MENINGGAL DARI MULUT KELUAR VCD PORNO’. Itu hanya rencana saja. Aku tidak tega menggambarnya. Kejam sekali kalau ada orang yang suka menonton vcd porno harus meninggal dengan keajaiban buruk seperti itu. Sebenarnya aku tidak jadi menggambar judul itu karena sewaktu aku masih kuliah di kota Solo, aku pernah mencuri vcd porno di kos salah satu temanku. Aku membawanya ke kampungku. Aku kadang menontonnya di rumah temanku di kampung.Â
Orang tua temanku itu merantau ke Jakarta dan hanya temanku yang tinggal di rumah itu. Di rumah itulah vcd film porno itu dieksploitasi habis-habisan. Maklum saja, di kampung susah mendapat vcd seperti itu. Vcd porno  itu kasihan, diputar terus-terusan, digilir pemuda-pemuda kampung sampai akhirnya penuh goresan dan tidak bisa lagi diputar lalu dikubur di kebun singkong di belakang rumah temanku.
Satu lagi keinginan menggambarku yang terinspirasi dari televisi adalah keinginan membuat gambar sewaktu film Indonesia bertemakan ‘horor-seksi’ bertebaran di bioskop. Aku ingin memadukan cerita film horor bioskop dan ‘sinema hidayah’ menjadi sebuah tema gambar berjudul ‘KETIKA POCONG BERTASBIH’. Aku pun menggambarnya tapi karena kemampuan menggambarku tidak bagus, pocongnya saat digambar malah terlihat mirip sosis. Aku bakar gambarku itu. Aku takut ada pocong sejati  yang tidak terima digambar lucu lalu muncul menghantuiku sepanjang waktu.Â
Menghantuiku dalam sebentuk sosis hangat di suatu malam dan ketika aku akan menyantapnya tiba-tiba berubah menjadi pocong mini seukuran sosis, berpakaian kafan, berwarna putih kusam, berbau tanah dan ada wajah kecil membusuk di ujungnya dengan iakatan di atas kepala kecilnya. ‘Hih ngeri.’
Puisiku baru terbaca oleh orang lain ketika Boli, temanku semasa aku masih kuliah iseng membuka-buka buku gambarku itu. Boli menjadi orang pertama yang membaca puisi ‘Apa aku salah menonton sinetron ?’ yang kutulis dan dia salah menyangka bahwa itu adalah tulisan lirik lagu.