Kita memasuki bulan kedua pasca pemerintah memberlakukan social distancing dan kerja dari rumah (work from home). Bagi banyak orang, termasuk saya, bekerja dari rumah tak pernah menjadi opsi sebelumnya. Namun, bagi sebagian yang lain, ini mungkin hal yang biasa.
Kecepatan beradaptasi pun berbeda-beda di setiap orang. Ada yang begitu mudah menerapkan remote working, ada juga yang tak bisa melakukannya karena beragam hal.
Saya tak berminat membahas mengapa kita harus patuh remote working atau tidak. Namun, satu hal yang perlu dipahami oleh kita dan tim. Meski konsep bekerja dari rumah sudah ada sejak lama, kondisinya kini berbeda.
Apa bedanya? Ada lima. Langsung saja.
Pertama, sebenarnya kita tidak sedang bekerja dari rumah. Namun, kita berada di rumah, tak bisa kemana-mana, di masa krisis, dan mencoba untuk tetap bekerja.
Dari poin pertama ini kita bisa memaknai, kalau semua orang berada dalam kondisi 'terpaksa' dan 'mencoba' untuk tetap produktif di samping terus berusaha untuk bertahan hidup di masa krisis.
Selain menjaga kesehatan diri, setiap orang juga harus memastikan keselamatan anggota keluarganya dan orang-orang di sekitarnya. Ada tanggung jawab moral dan sosial yang lebih besar kepada sesama. Dimensi inilah yang tak ada di situasi normal sebelumnya.
Kedua, keselamatan dan kesehatan fisik, mental, dan emosional adalah yang utama, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun orang-orang di sekitar kita.
Natur manusia adalah bertahan hidup. Dan bertahan hidup menjadi prioritas siapapun saat ini. Persepsi ini tentu bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Namun, bukan soal persepsi bertahan hidup versi mana yang lebih penting. Yang pasti, definisi bertahan hidup di poin kedua ini cukup straightforward.
Prioritaskan kesehatan fisik, mental, dan emosional. Hindari aktivitas, beban kerja, atau gangguan lain yang memperbesar risiko stress di rumah.
Atur dan buat suasana rumah dan tempat kerja senyaman mungkin. Karena ketiga aspek di atas, fisik, mental, dan emosional di masa krisis merupakan key factors yang memengaruhi produktivitas kita sehari-hari.
Namun, simak baik-baik.
Ketiga, tak perlu pusing dan merasa terbebani untuk terus menerus produktif.
Banyak orang atau anggota tim yang terlalu bersemangat, sehingga bekerja terlalu keras tanpa prioritas. Beban kerja jadi meningkat.Â