Ada yang melayani pembelian  uang elektronik bagi pemudik yang saldonya tak cukup atau menipis.
Ada yang mengatur mobil-mobil agar tidak menumpuk di pintu masuk rest area.
Ada yang berpatroli memantau rambu atau lampu di sekitar pintu tol. Bahkan, tak sedikit yang membantu mendorong mobil pemudik yang mogok.
Tentu saja. Saat jutaan orang mudik bersamaan, ada saja hal-hal yang membuat perjalanan kurang nyaman. Â
Emosi kita bisa saja membuncah saat kondisi macet dan anak-anak di dalam mobil menangis. Mungkin karena lelah, atau suntuk berjam-jam di jalan.
Tapi, kita juga harus sadar. Di luar sana, ada banyak anak-anak lain yang menangis karena masih ingin bermain-main dengan Ayahnya.
Tapi, sang Ayah harus pergi bertugas. Demi memastikan lancarnya perjalanan mudik kita.
Di saat kita bisa bersua dan menikmati hangatnya kebersamaan dengan keluarga usai tiba di kampung halaman.
Di luar sana ada banyak anak dan istri yang rela hanya mendengar suara Ayah dan suaminya di ujung telepon.
Suaranya pun bising karena percakapan yang tak berapa lama itu dilakukan di pinggir pintu tol.
Di saat kita bisa menikmati syahdunya lantunan Takbir di malam Idul Fitri bersama keluarga.
Di luar sana, banyak petugas lapangan yang hanya bisa menggumamkan Takbir sambil membayangkan wajah anak-anaknya.
Karenanya, sungguh disayangkan, di saat seperti itu, masih saja ada sebagian dari kita yang mencaci maki petugas di lapangan.