Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Feedforward, Cara Memberi Masukan Anti Penolakan

8 Januari 2024   12:22 Diperbarui: 8 Januari 2024   12:48 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi masukan membutuhkan seni (sumber: okezone.com)

Pernahkah Anda mendapatkan feedback dalam hal apapun dari orang lain? Apa yang Anda rasakan saat itu? Coba katakan dengan jujur. Apakah Anda langsung menerima feedback itu secara sukarela? Saya tidak begitu yakin Anda akan melakukannya. Bahkan, meskipun mulut Anda mengatakan "Terima kasih untuk masukannya...", seringkali hati Anda mengatakan.."Apa iya aku seperti yang ia katakan.." atau "Kenapa dia mengatakan itu, aku rasa dia salah..." dan kalimat menggumam lainnya.

Apakah Anda salah dengan berpikir begitu? Ya, begitulah umumnya manusia. Tidak mudah menerima feedback orang lain secara langsung, bahkan meskipun yang ia katakan benar setelah kita merenungkannya. Lalu pertanyaannya, mengapa hal itu bisa terjadi? Minimal ada 2 alasannya.

1) Feedback Orang Lain Belum Tentu Tulus

Ketika orang lain memberikan Anda masukan dalam hal apapun, maka motif kenapa ia melakukan hal itu hanya ia yang tahu secara pasti. Bisa saja ia memberikan feedback kepada Anda karena ia sayang kepada Anda dan ingin Anda maju. Bisa jadi ia ingin menjatuhkan Anda di depan teman-teman Anda yang lain. Bisa jadi ia hanya ingin saja menyampaikannya. Atau mungkin saja ia tidak punya niat apa-apa karena asal bicara saja dan begitu seterusnya. Singkatnya, hanya ia sendirilah yang paling tahu tentang kenapa ia memberikan feedback tu.

Karena hanya ia yang tahu, maka sebagai manusia, Anda seringkali mempertanyakan hal itu, kenapa ia menyampaikan hal itu dan seterusnya. Inilah alasannya kenapa pada umumnya orang tidak langsung menerima feedback dari orang lain, siapapun dia.

2) Feedback dari Orang Lain Cenderung Melihat Kesalahannya

"Saya rasa apa yang kamu lakukan tadi kurang tepat, seharusnya kamu melakukan hal ini dan itu......" begitulah umumnya feedback yang sering didapat oleh banyak orang meskipun kemasannya bisa berbeda-beda. Karena yang menyampaikan adalah orang lain, maka seringkali yang menjadi fokusnya adalah dirinya sendiri, bukan orang yang ingin diberikan feedback itu. Dan hasilnya seringkali adalah si pemberi masukan langsung menyampaikan kesalahan yang sudah dilakukan, bahkan kadang-kadang tanpa menanyakan mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan.

Joe Hirsch, Seorang Pembicara Public dan Penulis buku "The Feedback Fix" mengkonfirmasi hal ini secara lebih jelas. Ia mengurai di dalam bukunya bahwa feedback yang diberikan oleh orang lain seringkali tujuan utamanya adalah menggarisbawahi apa yang salah dari yang sudah dilakukan. Karena fokusnya adalah apa yang salah dari yang sudah dilakukan, maka wajar kalau kesan yang dimunculkan adalah jauh dari kata nyaman dan bersahabat.

Lalu pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana agar ketika memberikan masukan, orang lain bisa mendengarkan dan mau menerima apa yang kita sampaikan? Inilah rahasianya.

Feedforward

Sederhananya, teknik ini adalah bagaimana mencari ruang dan memuji sekecil apapun hal baik yang pernah dilakukan di masa lalu, untuk kemudian memfokuskan pada kemajuan-kemajuan yang bisa dicapai di masa depan dari apa yang sudah dilakukan di masa sebelumnya. 

Marshall Goldsmith, ketika mengembangkan konsep ini melihat cara-cara memberikan feedback tradisional sudah tidak begitu ampuh untuk mengajak orang lain melakukan peningkatan performa di masa depan. Ketika fokusnya adalah kebaikan dan keberhasilan yang sudah dilakukan di masa sebelumnya, lalu mengajak melihat situasi yang bisa dilakukan lebih baik di masa depan, maka hal ini bisa membuat setiap orang mudah menerima masukan untuk kebaikannya di masa depan. Namanya bukan lagi feedback, tapi feedforward

Fokus perbaikan tentu saja akan lebih mudah diterima oleh siapapun dibanding mengupas hal-hal sebaliknya. Singkatnya, melihat permata yang diyakini bisa diolah dan dikembangkan di masa depan selalu lebih baik dalam menatap perubahan dan perbaikan masa depan. Benar kita tidak sempurna, tapi dengan melihat keunggulan, dan menjadikannya pijakan untuk perbaikan yang lebih baik di masa mendatang adalah sebuah langkah cerdas dalam memberikan masukan ke siapa saja.

Jadi, sudahkah Anda melakukan feedforward minimal untuk diri Anda sendiri? Kalau belum, maka cobalah!

Semoga bermanfaat
Bethenewyou

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun