Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia dan 4 Levelnya Ketika Bicara

4 Mei 2023   21:01 Diperbarui: 4 Mei 2023   21:06 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba kita saling mengecek, apa yang biasa kita bicarakan ketika pertama membuka mulut? Tetangga yang rewel? anak yang susah diingatkan? bos yang sewenang-wenang? Atau gosip artis terbaru yang sedang viral? Ya, itu semua tidak terjadi tiba-tiba. 

Sesungguhnya Anda sendiri yang mendorong mulut Anda untuk menceritakan hal itu. Referensi yang Anda baca, channel yang Anda ikuti, semuanya akan memandu dan menggiring Anda untuk melakukan dan membicarakan apa yang sedang Anda kerjakan saat ini.

Lalu pertanyaannya, bagaimana saya bisa mengenali diri saya? ada di level mana sebetulnya saya ketika bicara? apakah konten yang saya bicarakan benar-benar layak untuk dikonsumsi orang lain? Baiklah, bestie! Kita bongkar sekarang. Ada 4 level orang yang bisa kita lihat ketika dia mulai membuka mulut dan mengeluarkan kalimatnya.

1. Level 1 - Orang yang Hanya Bicara Untuk Peningkatan Iman dan Ilmu 

Ini adalah pribadi unggul. Dia tidak akan bicara kecuali imannya akan meningkat dengan pembicaraan itu. Dia juga tidak akan bicara kecuali ilmunya akan meningkat dengan pembicaraan itu. Kalau kita amati, itulah kenapa para cendikiawan, cerdik pandai dan para alim ulama sangat sedikit bicaranya. Tapi ketika bicara, maka yang dikeluarkannya untuk meningkatkan iman dirinya dan orang lain atau menambah ilmunya dan orang lain. Coba cek diri kita sendiri, bestie!

2. Level 2 - Orang yang Bicaranya seputar Ide, Gagasan dan Visi ke Depan

Ya, pemimpin-pemimpin kita hari ini, termasuk juga kita, minimal seharusnya ada di level ini. Ketika mengeluarkan kata dan kalimat, maka yang seharusnya keluar adalah kalimat penyemangat, ide-ide besar, gagasan yang bisa memajukan banyak pihak dan visi-visi untuk kemajuan bersama. Kalau Anda ada di tipe ini, maka Anda dan lingkungan Anda beruntung! Kalau belum, maka sudah saatnya ke depan, kita mulai mengisi kepala kita dengan ide-ide yang brilian, sehingga begitu bicara, maka yang keluar adalah sesuatu yang sifatnya memajukan, bukan memundurkan apalagi menakutkan.

3. Level 3 - Orang yang Sering Membicarakan Peristiwa atau Kejadian

Pernahkah Anda menemukan orang yang sangat fasih ketika menceritakan kejadian-kejadian di sekitar kita? Ada pohon jatuh, dia tahu duluan. Ada yang pindah rumah, dia yang heboh. Ada yang kesasar di jalan juga dia ceritakan. Singkatnya, apapun peristiwa yang dia lihat, dia dengar dan dia baca, maka langsung dia ceritakan ke orang lain begitu ada kesempatan. Tentu kita perlu peduli dengan lingkungan kita, tapi ketika bobot pembicaraan kita hanya seputar itu saja, maka jangan-jangan kualitas kitapun hanya sebatas itu.

4. Level 4 - Orang yang Justru Menceritakan Orang Lain

Ini adalah level terrendeh, bestie! Ya, dipikirannya hanya ada si anu. Di kepalanya hanya ada si unu. Singkatnya, dia adalah ahli ghibah bin gosip. Takada hari tanpa menceritakan orang lain. Hidupnya hanya untuk mengomentari orang lain. Hati-hati, bestie! Orang di level ini sepertinya berkeliaran dimana-mana. Jika kita tahu ada kerabat kita yang di level ini, maka sadarkan dan ingatkanlah. Kalau Anda sendiri? Bertobatlah, Ferguso! Belum terlambat. Setelah itu, mulailah naikkan level bobot bicara kita ke level yang lebih tinggi.

***

Coba tepuk bahu sendiri dan jujurlah, ada di level manakah Anda sekarang?

Be the new you

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun