Beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah kesempatan, adik saya mengantar saya ke sebuah tempat yang tidak terlalu jauh dari rumah. Di pertengahan jalan, kami melewati sebuah persimpangan yang entah bagaimana ceritanya, ada "tukang parkir dadakan" di sana. Harus diakui, kehadirannya cukup membantu ketertiban lalu lintas sore itu, meski beberapa pengemudi tetap saja tidak "patuh" dengan arahannya.
Di saat banyak orang yang hanya lewat dan berlalu tanpa ucapan terima kasih apapun ke tukang parkir itu, mendadak adik saya menghentikan kendaraannya beberapa meter sebelum di persimpangan itu dan menyiapkan uang 5 ribu untuk diberikan ke tukang parkir dadakan tadi. Saudara saya yang lain menggodanya dan bertanya, "yakin 5 ribu..?" Dengan mantap iya mengangguk dan tersenyum.
"Mentalitas Kelimpahan" Dan Interaksi dengan Pekerja Informal
Tingkat kualitas penghargaan dan rasa ketulusan yang diberikan seseorang kepada orang lain, justru akan semakin tinggi pada saat hanya Anda dan orang itu yang tahu apa yang Anda berikan. Mari kita permudah. Ketika Anda memberikan sebuah hadiah kepada anggota tim Anda di kantor, tentu itu bagus dan bisa memotivasi orang lain. Tapi bisakah Anda menjamin "kemurnian niat" dan makna dari pemberian itu? Ya, hanya Anda dan Allah yang tahu.
Tapi coba bayangkan, ketika Anda memberikan, katakanlah 5 atau 10 ribu rupiah, dari yang seharusnya hanya 3 ribu misalnya, dan Anda memberikannya langsung kepada penerima tanpa ada yang melihat dan mengetahui selain Anda dan orang itu, mana yang menurut Anda akan lebih "murni" dan tulus dari sebuah pemberian? Ya, silakan gunakan hati masing-masing untuk menjawabnya.
Inilah contoh sederhana bagaimana kita menggunakan "mentalitas kelimpahan" dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak mudah merasa "kurang", bahkan meskipun kita sedang dalam posisi "menyempit" (Baca : Kita hanya menyempit, belum terjepit). Kita selalu melihat diri kita punya hal yang ada untuk dibagikan. Tidak harus selalu harta, tapi apa saja yang bisa kita bagikan.
Orang yang punya mentalitas kelimpahan melihat dunia ini terlalu luas untuk bisa "dimakan" sendirian. Ada terlalu banyak berkah dan hal yang bisa diberikan kepada siapa saja. Bukan harus kaya untuk kita bisa berbagi. Bukan karena miskin yang bisa menghalangi kita untuk bersedekah. Ya, semua tergantung dari mentalitas yang kita miliki. Semakin berlimpah berkah yang kita lihat, maka jangan kaget kalau keberkahan itu seringkali datang dalam jumlah yang lebih banyak.
Sebaliknya, semakin sedikit dan terbatas berkah yang kita lihat dan kita bagikan, maka jangan kaget, kalau seolah-olah keterbatasan itu terasa begitu nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Mentalitas kelimpahan bisa dimiliki oleh si kaya, si belum kaya, si pekerja formal, si pekerja informal atau siapa saja. Ya, siapa saja bisa mempunyainya.
Setelah memberikan uang 5 ribu-nya ke tukang parkir dadakan tadi, adik saya tadi memberikan wejangan singkat, "Apa susahnya kita berikan 5 ribu yang kita punya untuk mereka yang mungkin menganggapnya senilai 50 ribu..."
Ya, itu adalah nasihat yang anggun dari seorang anak muda yang bisa mengingatkan kita semua kalau "kecil" bagi kita, terkadang sangat berharga dan begitu diharapkan bagi orang lain.
Semoga bermanfaat
Salam bahagia
Be the new you