Tuntas sudah perjuangan Indonesia di Piala Sudirman tahun ini. Ya, Indonesia dihempaskan Malaysia dalam pertandingan ketat 3-2. Saling susul menyusul terjadi di permainan beregu campuran ini.
Indonesia tertinggal di partai pertama ganda putra setelah peringkat 1 dunia Marcus/Kevin takluk 2 set langsung dari ganda Malaysia. Tidak tinggal diam, Indonesia bangkit dan menang di partai kedua setelah Gregoria Mariska mengalahkan tunggal puteri Malaysia peringkat 53 dunia. Skor kini sama kuat 1-1.
Partai selanjutnya tunggal putra. Anthony Ginting yang merupakan peringkat 5 dunia kalah dari tunggal putra Malaysia dua set langsung. Skor menjadi 1-2 untuk Malaysia. Harapan sempat muncul ketika ganda puteri dan juara olimpiade dari Indonesia, Greysia/Apriani mengalahkan ganda puteri Malaysia.
Sayangnya, ketika harapan muncul, ganda campuran Indonesia Praveen/Melati yang juga juara All England 2020 takluk dari ganda campuran Malaysia yang secara umum tidak terlalu terkenal di jajaran papan atas ganda campuran dunia. Singkatnya, Indonesia harus angkat koper lebih cepat di perempat final.
Masihkah Kita Punya Waktu?
Herry Iman Pirngadi, pelatih ganda putera Indonesia menyampaikan hal yang menarik seperti dikutip dari detik. Dia mengatakan "Bukan soal menang kalah. Tetapi dalam pertandingan beregu itu, fight penting. Mainnya kurang greget. Meskipun begitu harus diakui, pertahanan lawan memang kuat dan tidak jebol. Mainnya lebih baik."
Kata yang ditebalkan dan diwarnai patut untuk kita cermati, "mainnya kurang greget". Kita yang menyaksikan langsung permainan the minions melawan ganda putera Malaysia rasanya sepakat dengan sang Pelatih. Ketika semuanya terasa buntu, tidak ada perubahan permainan yang dilakukan the minions. Mereka tetap memaksakan menyerang dan seterusnya yang terbukti gagal menghadapi ganda Malaysia itu. Tapi pada akhirnya, kita tetap harus menghargai perjuangan mereka yang pasti tidak mudah.
Lebih jauh, "mainnya kurang greget" ini juga seperti hinggap ke pemain lain. Pasti kita masih ingat momen mengharukan Asian Games Palembang 2018 lalu. Ya, ketika Anthony Ginting cedera dan jatuh bangun dalam bertanding namun tetap melanjutkan pertandingan menghadapi Shi Yuqi, tunggal putera dari China. Hingga akhirnya Ginting menyerah dalam skor tipis 20-21 untuk keunggulan Syi Yuqi dalam kondisi cedera.
Bagaimana perasaan Anda ketika menyaksikan momen itu? Rasanya kalau tidak menangis dan menitikkan air mata, bisa jadi ada yang salah di sana. Ya, hampir seluruh stadion bergemuruh dan terharu menyaksikan perjuangan Ginting.
Lalu bagaimana kemarin malam ketika kalah dengan tunggal Malaysia? Ya, rasanya kita tidak melihat perjuangan yang sama ketika Asian Games itu. Terlepas dari apa yang dirasakan sesungguhnya di pertandingan, tapi minimal sebagai penonton awam (umumnya) akan melihatnya begitu.
Lalu kenapa itu bisa terjadi? Entahlah. Hanya mereka yang ahli, pemain dan pelatih yang mungkin tahu jawaban pastinya. Tapi jika jawaban dari pertanyaan itu adalah : "Tenang, kita masih punya waktu. Masih ada Piala Thomas. Uber dan sebagainya..". Pertanyaan saya kemudian kalau begitu adalah, "Benarkah Anda yakin kita masih punya waktu..?" Apakah ada yang menjamin kalau kita masih sampai di tanggal itu? Hanya Allah dan waktu yang akan menjawabnya.