Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ini 5 Waktu Terbaik untuk Diam

14 September 2021   10:46 Diperbarui: 14 September 2021   10:54 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diam jauh lebih baik jika hal yang akan Anda bicarakan berpotensi merusak hubungan Anda dengan siapapun. Coba perhatikan di lingkungan kita, berapa banyak hubungan retak bahkan pecah akibat pembicaraan yang seharusnya tidak dilakukan? Ya, silakan Anda cek sendiri.

4. Anda Takpunya Fakta

Buat apa bicara jika apa yang Anda bicarakan tidak sesuai dengan fakta? Bukan manfaat yang akan datang, justru berpotensi malapetaka. Bicaralah dengan fakta yang bisa Anda buktikan. Jika tidak, maka diam tentu lebih baik.

Hari ini, berapa banyak orang yang bicara tanpa fakta atau bahkan minim data. Jika sudah begini, buat apa Anda menghabiskan waktu untuk mendengarnya? Lebih baik Anda pakai waktu itu untuk hal yang bermanfaat. 

Jadi, ketika Anda takpunya fakta untuk disampaikan, maka diam bisa jadi lebih baik untuk dilakukan.

5. Ketika Sudah Terlalu Banyak yang Bicara

Dalam sebuah pertemuan, saya mendapati hampir setiap orang mengangkat tangan dan ingin menyampaikan pikirannya. Moderator bahkan cukup keteteran untuk mengantisipasi hasrat (hampir) setiap orang untuk bicara ini.

Sayangnya, proses penyampaian pendapat jadi kurang efektif karena terlalu banyak "potongan" di tengah orang yang sedang bicara. Singkatnya, diskusi menjadi tidak menarik dan cenderung "memaksakan" kehendak sendiri.

Saya yang menyaksikan itu tidak berkomentar sedikitpun. Selain memang takada ruang untuk bicara, saya juga sedang tidak ingin bicara dalam situasi yang ada.

Singkat cerita, tiba-tiba moderator meminta saya untuk menyampaikan sedikit pendapat tentang pembahasan hari itu dan mendadak semua orang yang sedang ingin menyampaikan pendapat seperti "memberi ruang" kepada saya untuk bicara. Moderator sedikit menggelitik saya dengan mengatakan, "Pak, saya melihat bapak diam saja dari tadi, silakan pendapatnya, Pak.."

Saya dengan sederhana berkata "Terima kasih, Pak. Ketika semua orang sudah (terlalu banyak) bicara, maka harus ada yang mendengarkan. Hari ini, saya ingin mengambil peran sebagai pendengar saja, tidak sebagai pembicara. Terima kasih." Saya menutup pembicaraan.

Ya, ketika lingkungan kita sudah terlalu banyak bicara, terkadang kita perlu untuk tidak ikut dengan mereka. Jangan menjadi pribadi yang ikut-ikutan. Ketika semuanya bicara, lantas siapa yang akan mendengar? Ada banyak kelas yang pernah saya bawakan tentang keterampilan bicara di depan umum, dan saya juga melengkapinya dengan bagaimana seni menjadi pendengar yang baik.

Diam bukan berarti Anda tidak peduli. Terkadang diam justru jawaban dari sebuah persoalan yang mungkin terjadi. Ya, rasanya lengkap kalau saya tutup bahasan kali ini dengan sebuah kalimat indah dari Jet Li sebagai berikut,

"Saya terkadang sering berpura-pura setuju dengan seseorang agar dia berhenti bicara" (Jet Li)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun