Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengapa Orang Senang Membanding-bandingkan?

25 Agustus 2021   06:44 Diperbarui: 26 Agustus 2021   15:55 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda pernah membandingkin diri Anda dengan orang lain? atau justru Anda sering dibandingkan oleh seseorang dengan orang lain? Orangtua terkadang membandingkan anaknya dengan anak tetangga yang dianggapnya lebih baik dalam hal tertentu. Seorang atasan terkadang membandingkan bawahannya yang "kurang" dengan seseorang yang diaggap "lebih".

Adalagi seorang suami atau istri membandingkan pasangan mereka dengan pasangan lain yang dianggap lebih baik dalam beberapa hal dan begitu seterusnya. Lalu pertanyaannya, mengapa orang senang membandingkan? Apakah tepat membandingkan diri kita dengan orang lain, bahkan jikapun hanya untuk sekadar memotivasi?

Ya, mari kita lihat. Ada beberapa alasan kenapa orang senang membandingkan dirinya atau orang yang dikenalnya dengan orang yang lain. Mari kita lihat lebih dekat (markililede).

1. Asyik

Ya, ini adalah alasan pertama. Membandingkan seseorang dengan orang lain terkadang menjadi sebuah "bahan bicara" yang dianggap asyik dan mengasyikkan. Lebih asyiknya, kalimat-kalimat yang digunakan untuk membandingkan seringkali bersembunyi di balik istilah "memotivasi" agar bisa seperti orang yang dibandingkan.

Anda perlu Ingat baik-baik, kalau asyik bagi Anda bisa jadi derita bagi orang lain. Sering-seringlah melihat pakai kacamata orang lain. Jangan hanya pakai teropongmu terus.

2. Kurang Bersyukur  

Kalau Anda masih melihat hidup orang lain lebih nikmat dan enak di banding kehidupan Anda saat ini, maka bisa jadi ada syukur yang masih Anda abaikan.

O, ya, Pernahkah Anda mendengar cerita seorang tukang batu yang terus-terusan iri dengan kehidupan orang lain dan minta berganti kehidupan dengan orang lain yang dianggapnya lebih baik? Ya, kapan-kapan saya coba ceritakan detailnya (tidak janji ya).

Lihat ending ceritanya. Ya, tukang batu itu baru menyadari kalau menjadi tukang batu adalah anugerah terindah dalam hidupnya. Adapun di luar sana, sekilas terlihat indah, tapi tidak sesuai dengan jiwanya. Dan Allah Maha tahu yang terbaik untuk setiap kita.

Jadi, coba tatap sekelilingmu sekarang, apalagi yang bisa kau syukuri? cari dan temukan alasan untuk bersyukur.

3. Fokus ke Kelebihan Orang, Bukan ke Kelebihan Diri

Coba sebutkan kelebihan orang terkaya di dunia? Ow, dengan mudah pasti Anda menyebutkan kelebihan orang itu. Kalau orang terkaya di kampung kita? Pun dengan mudah orang bisa menyebutkan kelebihannya.

Lalu, coba sebutkan kelebihan Anda yang bisa membuat Anda, katakanlah sukses? Bisa jadi banyak yang bisa menyebutkan. Tapi banyak dari kita yang ternyata tidak begitu antusias ketika menyebutkan kelebihan diri sendiri.

Ya, sadar atau tidak, banyak dari kita yang terlampau senang fokus ke kelebihan orang lain dengan segala macam pencapaiannya. Sebaliknya, sedikit sekali yang terlalu fokus ke diri masing-masing, yang seharusnya justru menjadi fokus utama kita.

Seorang teman pernah juara pertandingan bulutangkis di tingkat RT/RW nya. Tapi betapa tidak PD-nya dia mengatakan kelebihannya itu ketika diminta menuliskan apa saja penghargaan yang pernah diraih. Pertanyaan saya, apakah juara di tingkat RT/RW tidak termasuk kategori juara? Lalu kenapa mesti malu mengakui kelebihan dan pencapaian itu?

Ya, teman saya tadi pasti tidak sendiri. Ada jutaan orang yang bisa jadi sama dengannya.

***

Perbandingan terbaik adalah perbandingan dirimu hari ini dengan yang kemarin

Ya, jikapun kita tetap ingin membandingkan, maka bandingkan saja diri kita hari ini dengan hari-hari sebelumnya. Kalau lebih baik, maka pasti ada "kesuksesan" di dalamnya. Kalau lebih buruk? barulah Anda layak untuk gusar dan memperbaiki diri.

Ingat, pasti selalu ada yang lebih baik dari kita dalam hal apapun. Tapi juga kita harus ingat kalau setiap kita pasti lebih baik dari orang lain minimal dalam satu hal tertentu.

Sebuah ungkapan ini layak untuk kita jadikan renungan,

Setiap orang pasti punya kelebihan, dan kelebihan yang paling utama adalah lebih dalam hal akhlak

Semoga bermanfaat
Salam bahagia
Be the new you

TauRa
Rabbani Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun