Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ini 3 Alasan Kenapa Cuti Harus Dihabiskan

7 Juni 2021   20:39 Diperbarui: 7 Juni 2021   21:18 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Habiskan jatah cutimu dengan bijak (cnnindonesia.com)

Sewaktu bekerja di perusahaan swasta dulu, saya (mungkin) termasuk karyawan yang paling efektif menghabiskan jatah cuti. Setiap tahun pasti jatah cuti saya habis tak tersisa. Anehnya, ternyata banyak dari teman-teman saya yang jarang mengambil cutinya, atau lebih tepatnya jarang yang jatah cutinya sampai habis total seperti saya, dengan berbagai alasan yang mereka punya.

Ada yang beralasan kalau orang di bagiannya sangat terbatas sehingga dia "harus" selalu masuk. Ada lagi yang mengatakan kalau dia lebih memilih bekerja karena lebih nyaman di banding harus di rumah. Ada yang ingin lebih kepada menjadikan jatah cuti itu diubah menjadi uang dan lain sebagainya, Apakah mereka salah? Ini bukan tentang salah benar. Kali ini kita akan masuk sedikit lebih ke dalam dan mencoba menjawab kenapa cuti itu memang seharusnya wajib kita habiskan.

Baiklah, mari kita lihat lebih dekat alasannya.

1. Cuti Adalah Hak

Pernahkah Anda menghitung berapa bayaran Anda dalam sebulan? Pasti sudah tahu karena ada di slip gaji. Bagaimana kalau bayaran Anda seminggu atau per jam? pernahkah Anda menghitungnya? Saya pernah menghitungnya dan saya dapat angka pastinya.

Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah menurut Anda angka itu sebanding sebagai pengganti 24 jam kebersamaan Anda (1 hari) dengan keluarga Anda? Kalau bagi saya tidak sebanding, teman. Itulah kenapa cuti Anda yang merupakan hak Anda harus Anda ambil. Jika cuti Anda 12 hari dalam setahun, maka idealnya Anda bisa mengambilnya sebulan sekali, atau bisa diperbanyak pada hari raya keagamaan dan sebagainya. Silakan Anda sesuaikan, intinya, ambil hal Anda, jangan diabaikan.

2. Anda Tidak Tak Tergantikan Di Kantor Itu

Saya punya rekan yang langka mengambil cuti. Bahkan, cuti tahunannya yang sudah 18 hari kerja dalam setahun, hampir setiap tahun tersisa lebih dari 10 hari. Bisa Anda bayangkan betapa sedikitnya dia mengambil cuti, kan.

Alasannya waktu itu adalah, dia seperti tidak tergantikan di kantor (cabang) itu. Suatu hari, karena anaknya sakit dan harus dirawat inap, dia terpaksa harus cuti mendadak dan cukup mengagetkan karena dia cuti sekitar 2 minggu, sebuah rekor cuti untuknya.

Tahukah Anda yang terjadi di kantor ketika itu? Mengagetkan. Semua berjalan normal dan baik-baik saja. Tidak ada masalah tanpa kehadiran teman saya tadi. Singkatnya, ketidakhadirannya sama sekali tidak berdampak terhadap jalannya operasional kantor dan seterusnya. Semua tetap berjalan normal saja meski ada beberapa penyesuaian.

Jangan terlalu pede kalau Anda tidak tergantikan di kantor Anda sehingga Anda merasa sayang kalau mengambil cuti. Ingat, Anda pasti bisa digantikan di kantor Anda. Pasti dan tidak diragukan lagi. Jadi, ambil dan nikmati cuti Anda. Anda mungkin orang penting, tapi selama kantor itu bukan milik Anda, maka setinggi apapun jabatan Anda, pastilah Anda bisa digantikan oleh orang lain.

3. Waktu Takkan Pernah Kembali

Kalau Anda tidak mengambil jatah cuti Anda di tahun 2021 dan bermain bersama anak Anda yang lucu, maka di tahun 2022 belum tentu Anda masih ada dan sehat serta punya waktu lagi. Apa yang sudah Anda lewatkan di 2021 pun mustahil akan kembali lagi. Anak Anda semakin besar dan jangan-jangan ketika Anda sudah akan mengambil cuti di tahun selanjutnya, anak Anda yang justru tidak ingin main-main lagi bersama Anda karena sudah punya teman-teman dan kehidupannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun