Anda punya koleksi apa? Koin? Perangko? atau tas? Ya, semua itu adalah koleksi yang bisa saja Anda punya. Tapi apakah Anda menjadi satu-satunya orang yang mengkoleksi hal itu? Entahlah. Anda pasti lebih tahu karena itu adalah bidang yang Anda senangi. Saya tidak akan masuk lebih jauh mengomentari barang koleksi Anda.
Tapi dari sekian banyak koleksi barang yang memikat hati saya, tentu saja adalah koleksi dari istri saya sendiri. Ya, istri saya juga gemar mengoleksi barang. Bisakah Anda menebaknya?
Tas? Bukan. Anting? masih salah. Ikat rambut? juga bukan. Yang Anda sebutkan tadi adalah koleksi umumnya wanita dan itu juga menarik. Tapi tahukah Anda apa yang dikoleksi istri saya?
Benda hebat yang dikoleksinya adalah MUKENA. Ya, mukena untuk shalat. Hampir setiap bulan dia punya satu mukena baru. Anehnya, setelah belasan purnama berlalu, lemari kami juga takpernah penuh dengan mukenanya.
Suatu hari saya baru sadar dan bertanya dalam hati kenapa lemari kami tidak juga penuh padahal (hampir) setiap bulan istri saya membeli mukena baru? Ya, ternyata jawaban istri saya sangat sederhana. Ketika kita membeli baru, maka itu artinya yang lama (meskipun masih sangat baru) sudah saatnya untuk kita sedekahkan atau berikan ke orang lain yang tidak seberuntung kita.
Ketika saya menggodanya dengan kalimat "apakah itu tidak termasuk perbuatan yang mubazir?" istri saya dengan anggun menjawab. Mubazir apabila barangnya banyak dan tidak digunakan. Akan menjadi bermanfaat jika barangnya banyak dan terus kita berikan ke orang yang (menurutnya) bahkan belum tentu satu tahun sekali mengganti mukenanya.
Wow. Saya takjub dengan jawabannya. Tapi saya coba menggodanya lagi dengan bertanya,
"Kenapa harus koleksi mukena, kenapa tidak yang lain..?"
Jawabannya lebih menohok lagi.
"Berapa kali kita mengganti HP dalam setahun? berapa kali kita membeli baju dan menggantinya dalam sebulan? berapa kali kita mengganti handuk, gordyn, sepatu, jam dan ikat pinggang dalam tiga bulan, enam bulan atau setahun..?
Jika untuk urusan dunia saja kita begitu berani dan tekun mengganti barang-barang itu sesering mungkin, lalu kenapa tidak untuk barang yang berkaitan dengan ibadah seperti mukena tidak kita ganti sesering mungkin untuk "bertemu" dengan Allah ketika shalat..?"
Ya, jawaban yang logis, masuk akal dan sangat menohok. Kita terlalu sibuk mengganti barang-barang yang bersifat duniawi, tapi jarang dan langka mengganti dan mengoleksi barang yang justru penting dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Jika kita sedemikian gigih dan rutin untuk mengoleksi barang untuk kepentingan dunia, lalu kenapa kita begitu pelit untuk mengoleksi barang yang sering digunakan untuk beribadah?
Ya, pada akhirnya kita perlu merenung kenapa untuk urusan dunia kita begitu gigih dan semangat, sedangkan untuk kepentingan akhirat kita begitu perhitungan dan kikir.
Saya akhirnya bisa paham kenapa istri saya sangat gemar mengoleksi mukena dengan alasannya itu. Saya juga perlahan mulai hobi mengoleksi peci meski jumlah koleksi saya masih jauh dari koleksi mukena sang Istri.
Kalau Anda, apa barang yang sedang Anda koleksi saat ini?
Semoga bermanfaat
Salam bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H