Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Al-Baqarah 183 dan Definisi Takwa Menurut Imam Ali

28 April 2021   21:48 Diperbarui: 28 April 2021   22:09 3841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir semua Ustadz membuka ceramah di bulan Ramadan ini dengan surah Al-baqarah ayat 183 tentang kewajiban puasa. Saya termasuk yang juga sering membuka dengan ayat ini dalam beberapa ceramah dan khutbah jumat di Bulan Ramadan, sebagai ingatan bahwa kita sedang berada di bulan Ramadan meski saya padu-padankan dengan ayat lain yang juga relevan.

Wajarlah kalau ayat ini menjadi popular dan paporit ketika Ramadan datang. Yang menarik adalah, ujung ayat ini menyinggung tentang takwa. Satu kata yang mudah diucapkan tapi tidak mudah diraih.

Satu kata yang lazim disampaikan dan diikrarkan tapi tidak semudah ini untuk dimiliki oleh setiap kita. Itulah kata takwa. Banyak orang yang mengaku bertakwa, tapi kesehariannya jauh dari pribadi takwa dan begitu seterusnya.

Lalu apakah definisi takwa itu? Imam Ali RA mengurai dengan sederhana bagaimana takwa ini didefinisikan dengan sederhana. Hal ini juga sebagai introspeksi diri kita masing-masing, apakah kita sudah bertakwa atau belum?

Mari kita lihat lebih dekat definisi Imam Ali tentang takwa ini.

1. Al-Khaufu Bil Jaliil

Ini adalah hal pertama yang harus dimiliki pribadi yang bertakwa. Ya, Al-kaufu bil jaliil artinya adalah takut (patuh) kepada Allah dimanapun kita berada. Sederhananya, kalau ada orang yang bertakwa di masjid, maka tidak ada yang spesial di sana.

Tapi kalau ada orang yang tetap takut kepada Allah di kantornya, padahal peluang untuk korupsi terbuka lebar dan dia tetap tidak korupsi, maka itu adalah pribadi takwa yang takut kepada Allah.

Kalau Anda di jalan raya, apakah Anda mematuhi peraturan kalau ada yang jaga? atau Anda benar-benar mematuhi peraturan karena itu adalah perintah Allah untuk selalu melakukan yang baik dan taat kepada aturan pemimpin selama itu baik?

Orang yang bertakwa akan takut (patuh) kepada Allah dalam segala aspek kehidupan dimanapun dia berada. Sekarang, coba kita cek diri kita masing-masing, sudah takwa kah kita?

2. Wal 'Amalu Bittanziil

Alquran adalah pedoman hidup dan petunjuk untuk setiap fase kehidupan kita. Sudahkah kita patuh dan menjalankan perintah Alquran dengan utuh? Alquran melarang orang kikir, sudahkah kita dermawan? Alquran melarang kita mencela, menggosip dan memburukkan orang lain, sudah kah kita berhenti mencela dan memburukkan orang lain?

Alquran meminta kita untuk menyantuni anak yatim. Ada berapa anak yatim yang kita biayai (sesuai kemampuan kita)? Alquran memerintahkan kita untuk shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya, sudahkah kita menjalankannya?

Kalau belum, maka jangan buru-buru untuk mengaku pribadi bertakwa. Menjadi pribadi bertakwa itu tidak mudah, teman. Butuh usaha dan keseriusan kita dalam menjalankan agama ini.

3. Wal Qanaa'atu Bil Qaliil

Pribadi takwa menurut Imam Ali yang ketiga ini adalah pribadi yang bisa merasa cukup dan bersyukur dengan rezeki yang diberikan Allah meskipun sedikit secara zahir.

Pribadi merasa cukup ini tidak mudah, teman. Banyak orang yang melihat tetangganya punya mobil baru, lalu tiba-tiba dia merasa motornya sudah tidak layak lagi. Adalagi orang yang baru punya rumah baru, tetangga lain merasa rumahnya saat ini terasa lebih sempit dan lain sebagainya karena ingin juga punya rumah baru lagi dan begitu seterusnya.

Ini lah umumnya pribadi manusia. Jadi, coba tanya diri kita, sudahkah kita bisa menjadi pribadi yang merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah kepada kita?Ingat, merasa cukup tidak ada kaitannya dengan tidak berusaha dengan maksimal. Mari bersama kita cek diri kita masing-masing.

4. Isti'daadu Li Yaumirrahiil

Kita meyakini kalau ada hidup sesudah kematian. Ada akhirat sesudah dunia. Lalu pertanyaannya, sudah seperti apa persiapan kita untuk hari-hari setelah kematian kelak?

Orang yang bertakwa punya pikiran masa depan. Dia pribadi yang cerdas. Dia mempersiapkan diri dengan beramal di dunia untuk bekal di hari kemudian kelak. Pertanyaannya, sudah seperti apa persiapan kita untuk hari kemudian kelak? 

Kalau belum banyak atau bahkan belum ada, sudah beranikah kita mengaku menjadi pribadi yang bertakwa? Ya, orang yang bertakwa selalu mempersiapkan masa depannya dengan begitu sungguh-sungguh. Jauh lebih serius dibanding mengejar kenikmatan dunia ini. 

***

Bagaimana sekarang, sudahkah kita masuk kategori pribadi yang bertakwa? Kalau belum dan kita sadar, maka itu bagus. Mumpung ini bulan Ramadan dan ayat tentang takwa terus diulang, maka kita bisa terus mengingatkan diri kita untuk meningkatkan iman dan amal yang ujungnya Insya Allah akan menjadikan kita pribadi yang takwa sesuai dengan harapan di akhir ayat Albaqarah 183 itu.

Mari kita sama-sama berjuang untuk menjadi pribadi yang takwa.

Semoga bermanfaat

Salam bahagia

Be the new you

TauRa

Rabbani Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun