Woow! Saya langsung minggir dan balik kanan mendengar jawaban itu. Bayangkan, bertemu keluarga yang sudah lama tidak bertemu, masih dianggap standar. Sungguh ter-la-lu..!
Ini kekeliruan orang pada umumnya. Ya, tidak total ketika cuti dan berlibur. Cuti pada dasarnya bukanlah tentang panjang pendeknya saja, tapi tentang kualitasnya. Kalau waktu yang begitu berharga itu Anda anggap waktu yang standar saja, maka bisa jadi ada yang keliru cara Anda menyikapi waktu dan kebersamaan.
Cuti yang efektif, apalagi pada waktu lebaran yang singkat, seharusnya benar-benar digunakan untuk menyambung silaturrahmi dengan maksimal. Setelah (mungkin) 11 bulan kita terlalu sibuk dengan pekerjaan dan seterusnya yang bisa saja terjadi gesekan dan semisalnya, maka momen cuti (lebaran) itu adalah untuk melupakan dan mengembalikan kita ke zona 0 lagi.
Jadi, totallah dalam memanfaatkan waktu cuti pendekmu, maka rasakan kualitas luar biasa di dalamnya.
3. Rencana
Saya kembali harus mengulangi kalimat dahsyat ini,
"Rencanakan Cutimu dan (Jangan) Cutikan Rencanamu"
Saya pernah bertanya ke seorang teman tentang apa rencana cutinya nanti. Jawabannya sungguh ter-la-lu...
"Aku cuti nanti mengalir aja, brader..!"
Sependek pengetahuan saya, yang mengalir itu air atau sejenisnya. Cuti, apakah bisa mengalir? Ya, tentu kita paham maksudnya. Dan tentu saja, itu adalah haknya sebagai manusia untuk menikmati hidupnya.
Memang benar, ada sebuah ungkapan lawas yang pernah mengatakan,
"No Plan Is A Best Plan"
Tidak ada rencana justru adalah rencana terbaik. Tapi coba dipikirkan sekali lagi, apakah untuk sesuatu yang memang kita nantikan kehadirannya (cuti), apakah memang tidak perlu kita rencanakan?
Perlu, teman. Bahkan, saya membuat jadual kalau cuti, hari pertama ke sini bertemu dengan si ini dan si itu. Hari kedua, ketiga dan seterusnya. Singkatnya, dengan membuat rencana saja terkadang ada yang meleset, apalagi tidak membuat rencana?