Waktu adalah aset yang sangat berharga dalam hidup kita. Rasanya setiap kita setuju tentang hal itu. Coba kita renungkan sejenak. Rasanya seperti baru saja kita bermain bersama teman-teman kecil, lalu mendadak kita remaja. Saat menikmati masa remaja, tiba-tiba kita sudah dewasa dan bekerja.
Beberapa saat bekerja, ternyata sudah bertahun-tahun dan tibalah waktunya ijab-kabul menikah, punya anak, mengantar anak ke sekolah, kita menua, dan sampai ke liang kubur.
Seolah-olah, perjalanan kita di dalam waktu ini begitu singkat. Alih-alih sibuk memikirkan work life balance dan melakukan banyak hal, untuk menjalani satu kegiatan saja terasa begitu menyita waktu dan begitu seterusnya.
Lalu pertanyaannya, bagaimana kita bisa menyikapi hal ini? sebelum mencoba menjawabnya, coba kita resapi bersama sebuah kalimat bijak dari seorang ahli hikmah berikut ini.
"Waktu berlalu begitu cepat, Tetapi kelalaian manusia terhadap waktu, berjalan jauh lebih cepat"
Coba kita berhenti sejenak dan memahami kembali kalimat di atas dengan penuh penghayatan. Kalau sudah, mari kita lanjutkan.
Monochronic Time
Seorang Antropolog yang bernama Edward T Hall mengembangkan klasifikasi waktu, yang mana hal ini bisa menggambarkan pendekatan seseorang terhadap penggunaan waktu. Salah satunya adalah mereka yang bertipe Monochronic Time (M-Time).
Orang yang menganut konsep "M-Time", mereka selalu meyakini kalau waktu itu adalah anugerah yang terbatas sehingga harus dibagi dengan bijak dan cerdas.Â
Orang yang berkonsep "M-Time" meyakini kalau waktu adalah sumber daya yang langka, mustahil diperbarui dan sangat terbatas, sehingga harus diatur, dijadwalkan dan bahkan harus digunakan dengan maksimal.
Orang yang menganut konsep "M-Time" ini hanya akan mengerjakan satu pekerjaan dalam satu waktu saja untuk meningkatkan produktivitas, fokus dan darinya diharapkan muncul hasil-hasil kerja yang hebat dan luar biasa.
Pribadi yang meyakini konsep "M-Time" ini, kebanyakan adalah mereka yang mendefinisikan waktu adalah uang dan semisalnya. Sehingga mereka hanya akan menghabiskan waktu hanya jika apa yang dilakukannya memberi efek dan manfaat, apakah untuk dirinya, keluarganya, dan lain sebagainya.