Tapi, selagi dia belum berhenti, meskipun banyak tantangan, kesusahan, rintangan dan lain sebagainya, maka dia belumlah dikatakan gagal. Dia boleh saja menggunakan belum berhasil, tetapi yang pasti dia tidak gagal, hanya belum berhasil.
Pada situasi inilah dibutuhkan endurance untuk mengejar mimpi (terkait endurance, silakan baca tulisan saya sebelum-sebelumnya). Singkatnya, selagi Anda tidak berhenti, maka Anda belum gagal. Dan ketika Anda berhenti, maka pada saat itu Anda gagal, minimal di satu hal yang Anda hentikan mengejarnya itu.
2. Takut Salah
Jadilah malaikat kalau Anda ingin tidak pernah salah. Dan jadilah syaitan kalau Anda ingin terus salah. Pertanyaannya, bisakah kita menjadi keduanya? Tidak. Kita diciptakan Allah dengan sebaik-baiknya ciptaan. Benar adalah bagian dari manusia, sebagaimana salah juga adalah bagian dari kita yang tidak bisa dipisahkan.
Kenapa? Karena kita diberikan dua hal, yaitu nafsu dan akal. Jadi, kalau ada orang yang terlalu "takut salah", maka sesungguhnya dia sedang mencoba untuk tidak menjadi "manusia". Tapi tentu saja, salah di sini bukanlah salah yang ingin dilakukan dengan sengaja.
Nah, jika Ada orang yang terlalu takut salah, maka pada saat itu dia berpotensi menjadi orang yang mengalami kegagalan nyata dalam hidup. Kenapa? Sederhananya, karena dengan takut salah, maka dia cenderung menghindari aktivitas, apalagi risiko, padahal di balik banyaknya aktivitas dan tingginya risiko, seringkali terselip kesuksesan yang besar dan begitu seterusnya.
Jangan batasi aktivitas dan mimpi Anda hanya karena takut ini dan itu. Ketakutan itu sejatinya hanya ada di pikiran Anda. Ia tidak nyata ada di haapan Anda. Tapi dia akan menjadi nyata ketika Anda menganggapnya nyata.
3. Menyalahkan Orang Lain
Ketika situasi sedang tidak menguntungkan, seringkali "orang gagal" ini melempar tanggung jawabnya ke orang lain. Dia meyakini kalau ada orang lain yang seharusnya bertanggung jawab terhadap situasinya saat ini.
Seorang teman saya ada yang dikenalkan dengan seseorang yang akhirnya menjadi istrinya. Setelah sekian lama, terjadilah cekcok dan singkatnya mereka berpisah. Lalu mulailah si pria ini menceritakan ini dan itu, tidak seharusnya dia menikah dengan mantan istrinya, tidak seharusnya dia menerima perkenalan awal dulu dan lain sebagainya.
Singkatnya, selalu ada orang lain yang salah terhadap situasinya saat ini. Ingat, kalau hal ini terjadi pada Anda, maka sesungguhnya Anda sudah terjebak dalam kegagalan nyata dalam hidup.
Bukan orang lain yang bertanggung jawab terhadap hidup kita. Kitalah yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap hidup kita. Jadi, salahkan diri kita sendiri kalau situasi sedang tidak menguntungkan.Â
Ambil tanggung jawab sepenuhnya, minta pertolongan Allah dan bekerja keraslah, lalu perhatikan perubahan besar apa yang bisa Anda lakukan.