Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inilah 3 Fase Sukses, dan Hanya 2 Milikmu

20 November 2020   07:35 Diperbarui: 20 November 2020   07:36 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ingat 3 fase sukses, hanya 2 milikmu (sumber:depositphotos.com)

"Generasi terjelek adalah generasi yang apabila ada orang lain lebih baik dari dirinya, maka dia tidak mengakui itu dan menganggap orangtua dan sesepuhnya adalah lebih baik dari siapapun" (Pujangga Arab)

Kalimat indah dari Syauqi seorang pujangga arab kali ini saya hadirkan sebagai pembuka tulisan ini. Ini versi redaksi terjemahannya, versi bahasa arabnya jauh lebih indah lagi.

Coba kita merenung sejenak. Adakah orang yang seperti Syauqi katakan ini di sekitar kita? Atau jangan-jangan kita sendiri adalah pribadi yang seperti itu? Coba ingat kembali sebagai refleksi diri. Apakah jika ada orang yang menceritakan kehebatan dan kesuksesannya kepada kita, apakah kita ikhlas mau mendengarkan ceritanya dan dengan tulus mengakui bahwa dia memang lebih baik dari kita?

Kalau kita ikhlas, maka bagus. Tetapi kalau tidak, dan justru kita malah membandingkan kesuksesan orang itu dengan kehebatan keluarga kita atau orangtua dan sesepuh kita, maka bisa jadi kita sudah masuk ke zona generasi terjelek seperti yang disampaikan Syauqi ini.

Lalu pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara kita menyikapi kesuksesan itu dalam segala aspeknya? dan sebenarnya ada berapa fasekah kesuksesan itu jika dilihat secara umum? dan apakah semua fase sukses itu adalah milik kita? maka kali ini (Insya Allah) kita akan menemukan jawabannya.

Mari kita lihat perlahan.

1. Fase Sukses Orangtua Kita

Seorang teman datang dengan sebuah mobil baru dalam sebuah perkumpulan alumni. Bangga? pastinya. Ketika ditanya oleh seorang teman yang lain, apa sekarang usahanya hingga bisa sukses hingga saat ini? secara spontan teman yang kaya tadi mengatakan, "tidak ada, hanya bantu orangtua saja dan ini mobil juga pinjam sama orangtua"

Salah? tentu tidak. Malahan bagus ketika anak membantu orangtuanya. Tetapi apakah ini bisa dibanggakan? nanti dulu. Sama seperti istilah yang lazim kita dengar yaitu, "anak orang kaya", yang kaya siapa? anak itu atau orangtuanya?

Lalu pertanyaannya bagaimana sikap kita kalau sudah terlanjur jadi anak orang kaya? Bersyukurlah sebanyak-banyaknya kepada Allah dan orangtua. Karena Anda beruntung bisa mendapatkan hal itu.

Hargai itu, hormati pencapaian orangtua itu. Tetapi, nah ini poin pentingnya, semua kesuksesan yang kau rasakan itu bukanlah milikmu. Itu adalah punya orangtuamu. Mungkin bisa jadi milikmu ketika orangtuamu meninggal nanti.

Tetapi apakah kau cukup percaya diri dengan "memamerkan" sesuatu yang bukan hasil karya dan usahamu? Hati-hati, bisa-bisa kau terjebak dengan ungkapan Syauqi di atas.

Jadi, fase pertama ini jika terjadi padamu, maka bersyukurlah. Jikapun tidak terjadi (orangtuamu bukan orang kaya dan sukses sesuai ukuran standar), maka jangan berkecil hati, toh itu bukan milik kita. Itu adalah milik orangtua kita dan kita masih bisa memperbaiki diri kita lebih baik dari sebelumnya selama ada waktu.

2. Fase Sukses Kita

"Generasi terbaik adalah generasi yang menghormati kesuksesan generasi di atasnya (orangtua dan leluhurnya), tetapi dia juga membangun kesuksesan yang baru di atas kakinya sendiri" (Pujangga Arab)

Ini adalah ungkapan sambungan dari Syauqi sang Pujangga Arab itu.

Nah, kalau kita sudah memiliki orangtua yang sukses, maka bersyukur itu wajib. Tetapi kita juga harus mengejar kesuksesan di zaman kita saat ini. Fase sukses ini adalah fase yang masih bisa kita perjuangkan selama hayat masih di kandung badan.

Berjuanglah, berdirilah di atas kakimu sendiri. Jangan kalah dengan keadaan, tetapi kalahkan keadaan. Jangan mau diatur oleh keadaan, tetapi aturlah keadaan sesuai keinginanmu.

Keluarkan potensi diri. Raih mimpi yang sudah dicanangkan. Berdoa. Minta dukungan dan doa orang tercinta, maka peluang untuk sukses di zaman kita saat ini masih terbuka luas.

Saya sudah menuliskan sebelumnya tentang bagaimana caranya menemukan "One Big Thing" dalam hidupmu,

Baca : 3 cara menemukan "One Big Thing" hidupmu

Berjuanglah dan bangun kesuksesan kita masing-masing. Ingat, fase ini adalah milik kita dan masih bisa terus kita perjuangkan kesuksesan itu.

3. Fase Sukses Anak Kita

Kalau orangtua sudah "tidak sukses", di zaman kitapun masih biasa-biasa saja (belum termasuk sukses untuk ukuran umum), maka jangan berkecil hati. Kita masih punya satu kesempatan lagi yaitu membawa anak kita sukses dan berhasil jauh melebihi kita.

Ini adalah fase sukses milik kita yang masih bisa kita perjuangkan. Mudah? tentu saja tidak. Bisa dilakukan? tentu saja bisa. Ingat, setiap orangtua pasti ingin anaknya jauh lebih baik dari orangtuanya.

Jika orangtua lulusan SMA, maka anak pasti akan diperjuangkan bisa menjadi sarjana, dan begitu selanjutnya. Jika orangtua masih punya motor, maka tentu harapan orangtua anaknya kelak semua punya mobil dan begitu selanjutnya.

Jika orangtua tidak hapal Al-quran, maka anak tentu wajib didorong untuk bisa dan menghapal Al-quran dan begitu selanjutnya. Singkatnya, orangtua harus memperjuangkan fase sukses ini karena ini adalah kesempatannya terakhir.

Mari kita perjuangkan dengan sungguh-sungguh di fase sukses terakhir milik kita ini.

***

Momentum hari anak sedunia adalah saat yang tepat untuk kembali merefleksikan diri sudah sejauh mana kita berjalan terhadap kesuksesan ini, khususnya kesuksesan di fase 3 yaitu di zaman anak-anak kita.

Sudahkah kita memberikan apa yang anak-anak itu butuhkan melebihi apa yang mereka inginkan? Ingat, jangan sampai ketika rambut kita semakin memutih, gigi kita terasa semakin ompong, dan waktu-waktu akhir hidup ini terasa sudah dekat, baru kita sadar, kalau masih banyak sekali yang belum kita lakukan di dunia ini, secara khusus untuk berkontribusi terhadap kesuksesan anak-anak kita.

Jadilah Pahlawan untuk orangtua kita (fase 1), diri kita (fase 2) dan untuk anak-anak kita (fase 3). Mari kita renungkan bersama.

Semoga bermanfaat

Salam

Be The New You

TauRa

Rabbani Motivator dan Penulis buku motivasi "The New You"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun