Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ini 4 Tipe Orang Menyikapi RUU Minol

19 November 2020   07:15 Diperbarui: 19 November 2020   08:24 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Semua akan baik jika kau melihatnya dari sudut yang tepat, dan semua akan buruk jika kau melihatnya dengan kacamata yang salah" (TauRa)

Sempat hilang dan kini timbul lagi, RUU minuman beralkohol tentu saja menarik untuk dilihat dari berbagai aspeknya. Illiza Sa'aduddin Jamal dari Fraksi PPP yang merupakan salah satu penggagas RUU ini misalnya, tentu saja melihat RUU ini punya urgensi tertentu hingga akhirnya perlu untuk diundangkan, apalagi jika melihat efek buruk yang bisa dihasilkan dari minuman beralkohol ini dan turunan efeknya.

Lain orang tentu lain lagi pandangannya. Apalagi yang memandangnya punya kepentingan di dalamnya. Contoh sederhananya begini. Kalau Anda penjual bakso, lalu tiba-tiba bakso dilarang untuk di jual, tentu pedagang bakso akan ngamuk, ngomel dan mungkin saja akan melakukan demonstrasi besar-besaran. Tidak hanya di kota tertentu, bahkan mungkin di seluruh Indonesia.

Kenapa? karena mereka adalah pedagang bakso dan mereka berdampak langsung terhadap aturan itu. Adapun masyarakat yang terbiasa makan bakso, mungkin mereka tidak akan melakukan demonstrasi. 

Kenapa? Karena mereka tahu, kalau banyak alternatif lain yang bisa dimakan selain bakso. Ada misop, ada soto, ada mie ayam, ada sop dan lain sebagainya. 

Hal ini juga berlaku untuk wirausahawan, termasuk dalam hal ini yang berkaitan dengan RUU Minol ini. Oknum yang berkaitan dengan minol ini pasti punya pandangannya sendiri, begitu juga dengan oknum yang tidak berkaitan dengan hal ini juga punya view nya sendiri.

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana umumnya sikap orang dalam menyikapi RUU minol ini? Minimal ada 4 Tipe orang dalam menyikapinya. Mari kita lihat.

1. Reaktif

Ini tipe yang langsung kritis, gusar dan menyuarakan dengan cadas tentang aspirasinya kalau RUU ini sebaiknya tidak dilaksanakan, tidak diteruskan pembahasannya, dihentikan karena akan merugikan dan lain sebagainya.

Meski tipe ini belum melihat substansi mengapa RUU ini dibahas, tetapi tipe reaktif ini sudah langsung melihat dampaknya (terhadap diri dan mungkin usahanya) yang buruk, sehingga merasa hal ini akan merugikan, tentu saja dari aspek sudut pandangnya sendiri.

Bisa jadi tipe ini adalah mereka yang memang beraktivitas diseputaran minol dan turunannya. Sudut pandangnya tentu saja tetap perlu didengarkan meski pada akhirnya keputusan tetaplah di tangan pengambil keputusan.

2. Proaktif

Tipe ini biasanya mengedepankan riset, mencari tahu landasan berpikir anggota dewan kita, sumber-sumber yang terkait dan mengolahnya dalam internal pikirannya sebelum kemudian dapat menyimpulkan sesuatu secara lebih presisi dan (bisa jadi) bijaksana.

Tipe ini tidak serta merta marah dan mudah disulut oleh api kebencian dan sejenisnya. Tipe ini lebih melihat kemaslahatan yang lebih besar daripada sekadar mengedepankan egosentris dirinya dan golongannya.

Belum tentu tipe proaktif ini tidak berhubungan dengan minol (apakah peminum, penjual dan sebagainya), tetapi dia bisa melihat visi ke depan bangsa ini dengan diberlakukannya RUU ini ke depan.

Dia selalu berdiri dan mendukung selama itu untuk kepentingan bangsa, bahkan meskipun kepentingan pribadinya "terusik" dengan hadirnya RUU ini. Tipe ini tentu saja adalah tipe yang cukup terpuji dan layak kita contoh.

3. Apatis

Ini tipe yang tidak peduli apapun yang sedang dirancang pemerintah. Apakah dia tidak peduli dengan negaranya? Jangan salah paham. Tipe ini masih terlalu sibuk dengan aktivitas hariannya. Bagaimana mungkin dia bisa berpikir tentang negara, untuk kesehariannya saja dia masih harus berjuang dari jam ke jam bahkan hanya untuk sekadar memenuhi kebutuhan keluarganya.

Tipe ini seharusnya di bantu dan terus diperhatikan oleh pemangku kepentingan. Jadi bukan mereka tidak ingin peduli dengan apa yang sedang terjadi, tetapi memang situasi yang membuat mereka "belum sempat" berpikir tentang hal yang terlalu besar, karena hal rutin harian saja mereka masih harus berjuang untuk mendapatkannya.

Jadi, apapun yang di rancang mereka "oke" saja. Dan apapun yang tidak dirancang, merekapun "oke-oke" saja.

4. Provokatif

Tipe ini akan selalu ada dalam setiap situasi. Tipe ini gemar menyiram bensin dalam setiap situasi. Tipe ini selalu menghadap-hadapkan antara yang berkepentingan dengan yang tidak untuk seolah-olah harus berhadapan dan selalu bertentangan.

Kita perlu "menyiram air" jika bertemu tipe seperti ini. Ingat, kita tetaplah keluarga besar bangsa Indonesia apapun yang terjadi. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, kita semua adalah saudara dalam satu ikatan bangsa dan Negara Indonesia.

Jangan beri peluang tipe provokatif ini untuk masuk sejengkalpun di pikiran kita. Jauhi mereka dan sadarkan mereka. Ajak mereka kembali ke "jalan yang benar" dan rangkul mereka karena tipe ini juga adalah saudara kita.

Ingat, tipe ini akan selalu ada bahkan mungkin ada di sekitar kita. Waspadalah dan tetap tidak mudah terpancing dengan hal-hal yang tidak baik.

***

Pertanyaannya kemudian adalah, Anda ada di tipe yang mana? Silakan kita jawab dalam hati kita masing-masing. Tugas kita tentu saja pada akhirnya adalah untuk memastikan bahwa generasi kita saat ini haruslah menjadi generasi yang baik apapun situasi yang kita hadapi.

Dan tentu saja, generasi yang ada di bawah kita harus lebih baik dari kita untuk itulah perlu dibuat kebijakan-kebijakan strategis yang tidak hanya melihat bangsa ini dalam 1-2 tahun ke depan, tetapi melihat bangsa ini dalam 10-20 tahun yang akan datang.

Semoga bermanfaat.

Salam

Be The New You

TauRa

Rabbani Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun