"Kata takkan cukup mendeskripsikan perjuangan ibu terhadap anak dan keluarganya" (TauRa)
Ketika acara wisuda sarjana dulu, saya diminta untuk menyampaikan kata sambutan mewakili wisudawan dan wisudawati oleh pihak kampus.
Pada saat itu, saya masih ingat betul kalimat penutup dari kata sambutan saya (setelah ucapan terima kasih untuk ayah). Ini yang saya sampaikan..
"Terkhusus untuk Ibuku, terima kasih sudah menjadi tangan ketika tanganku belum mampu memegang apapun,
terima kasih sudah menjadi kaki disaat kakiku belum mampu melangkah kemanapun,
terima kasih sudah menjadi mata ketika mataku belum mampu melihat kebenaran dan kebatilan,
Dan terima kasih karena sudah menjadi "pemberi kehidupan" bahkan di saat aku belum berada di dunia ini, Terima kasih ibu, terima kasih.."
Suasana ballroom hening dan mendadak pecah dengan tangisan kala itu. Aku masih ingat betul ketika Ibu, ayah dan keluargaku yang hadir di kursi utama tamu terlihat beberapa kali menghapus air mata mereka.
Ya, kita ada hari ini dengan apapun posisi kita saat ini, itu bukanlah karena kita. Tetapi bisa jadi karena doa orangtua kita, keluarga terdekat kita atau orang-orang yang kita cintai. Adapaun kontribusi kita, mungkin hanya sebagian kecil saja, bahkan mungkin sangat kecil.
Ibu terbaik itu mencontohkan
Lalu pertanyaan selanjutnya tentu saja adalah, bagaimana peran ibu bisa mempengaruhi kesuksesan kita hari ini? Mari kita lihat. Pada saat kita bayi dulu dan ingin menyusui, apa yang dilakukan oleh bayi? Ya, menangis. Lalu apa yang dilakukan ibu kita? Ya, ibu mencontohkan bagaimana cara menyusui yang benar.
Ketika kita mulai ingin belajar makan sendiri dan kita tidak tahu bagaimana caranya, ibu juga mencontohkan cara makan, bagaimana mengambil makanannya, memasukkan ke dalam mulut dan begitu selanjutnya.
Ketika kita mulai ingin mencoba sikat gigi sendiri, maka ibu juga mencontohkan bagaimana menyikat gigi yang benar, menggunakan pasta gigi yang tepat dan begitu selanjutnya.
Mencontohkan itu berbeda dari sekadar mengajarkan. Mencontohkan akan lebih diingat dalam jangka panjang di pikiran anak. Sedangkan mengajarkan bisa jadi salah ketika diterapkan oleh anak. Tetapi mencontohkan kecil kemungkinan salah, karena anak langsung melakukan persis seperti yang dicontohkan ibunya.
Mencontohkan juga sudah meliputi mengajarkan. Sedangkan mengajarkan belum tentu mencontohkan. Nah, ibu yang terbaik adalah ibu yang mencontohkan kepada anaknya, bukan sekadar mengajarkan.
Lalu pertanyaannya, apa saja yang harus dicontohkan oleh ibu kepada anaknya? Secara umum ada 3 hal.
1. Contohkan Aktivitas
Ibu terbaik tidaklah penuh dengan perintah. Tetapi dia penuh dengan contoh-contoh aktivitas persis seperti aktivitas makan, sikat gigi, mandi, belajar dan lain sebagainya.
Aktivitas apapun yang harus diketahui oleh anak, maka ibu harus mencontohkannya kepada anak, jauh lebih baik daripada sekadar memberi tahu atau memerintah anak.
Mulai saat ini, jadilah ibu yang mencontohkan aktivitas apapun, daripada sekadar mengingatkan atau memerintah.
2. Contohkan Akhlak
Bagaimana adab sebelum makan, bagaimana adab bertemu orangtua, bagaimana adab berangkat sekolah dan lain sebagainya adalah bagian yang tidak luput dari contoh yang diberikan oleh seorang ibu.
Saya ingat betul bagaimana ketika ibu saya bertemu dengan nenek saya. Bukan hanya cium tangan, tetapi badan ibu saya pun tidak pernah lebih tegak dibanding nenek saya. Ibu saya lebih menunduk ketika bertemu orangtuanya. Itu adalah contoh yang langsung diberikan kepada kami anak-anaknya.
Maka wajar, ketika bertemu orangtua, kami pun melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan ibu kami ke nenek kami. Saya belajar bagaimana memberi contoh benar-benar bisa melekat di ingatan kita jauh di atas kata-kata, anjuran, nasihat apalagi paksaan.
3. Contohkan Ibadah
Di lingkungan tempat tinggal orangtua saya, kami hidup berdampingan dengan berbagai suku dan agama. Suatu hari, ketika bulan ramadhan, kebiasaan kami sekeluarga adalah berangkat shalat ke Masjid beramai-beramai satu keluarga khususnya untuk shalat tarawih.
Ada komentar yang menarik dari tetangga kami yang beragama lain waktu itu. Saya masih ingat betul apa yang beliau katakan.
"Aku salut dengan keluarga Ibu ini (menyapa ibu saya), sanggup Ibu membawa semua anak ibu ke Masjid berjama'ah ya..."Â kata tetangga kami itu.
Ibu saya menjawab singkat dengan "Alhamdulillah" dan tersenyum sambil berlalu.
***
Lalu bagaimana dengan Anda? Apakah Anda yang adalah seorang ibu sudah mencontohkan kebaikan kepada anak-anak Anda daripada sekadar mengajarkan mereka?
Kalau sudah maka pertahankan dan tingkatkan terus. Kalau belum, maka mulailah contohkan minimal 3 hal diatas dan bisa menjadi referensi tambahan Anda.Â
Semua kita masih dalam proses belajar terus-menerus hingga waktu kita berakhir di dunia ini, maka nikmatilah proses belajar itu dan contohkan apa yang Anda pelajari dengan anak-anak Anda.
Akhirnya, saya ingin menutup persembahan kali ini dengan sebuah kalimat indah,
"Tidak ada Ibu yang sempurna sebagaimana juga tidak ada anak yang sempurna, tetapi cinta ibu selalu sempurna untuk anaknya" (TauRa)
Semoga bermanfaat
Salam
Be The New You
TauRa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI