Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Refleksi: Baik Tidak Cukup Jika Lebih Baik Bisa Dicapai

21 Oktober 2020   10:23 Diperbarui: 21 Oktober 2020   10:27 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Good is not enough if better is possible"

Itu adalah ungkapan yang sering kita (atau saya) dengar dan sampaikan dalam banyak kesempatan. Maksudnya tentu saja sederhana, untuk memacu kita bisa mencapai sesuatu yang lebih lagi, di banding tergesa-gesa dalam berpuas diri dengan apa yang sudah dicapai saat ini.

Hal ini tentu saja berlaku dari mulai skala terkecil yaitu tentang seorang pribadi, hingga skala terbesar seperti pemimpin organisasi hingga pemimpin sebuah negara. Adalah baik untuk melihat apa yang sudah kita capai, tetapi selalu lebih baik untuk mereview, bagian mana yang bisa kita lakukan lebih baik lagi ke depan. 

Kita sebagai manusia dan individu tentu sangat terbatas. Bahkan, saking terbatasnya, anggota tubuh kita sendiri saja seperti telinga, kita tidak pernah seumur hidup melihat bagaimana bentuknya. Ya, tentu saja kita bisa melihatnya dengan menggunakan alat bantu cermin dan semisalnya. Ini menggambarkan bahwa sebegitu "lemah" kita pada dasarnya sebagai individu, apapun posisi dan latar belakang kita.

Kita butuh orang lain, pihak lain dan seterusnya, yang melihat dari sudut pandang lain untuk dapat memberikan kita masukan, mungkin juga kritikan yang membangun, yang pada akhirnya akan menjadikan kita secara pribadi lebih baik, dan dalam skup yang lebih luas (sebagai pemimpin negara) akan menjadikan negara kita lebih baik dan lebih hebat, sesuai dengan cita-cita kita bersama.

Terkait dalam satu tahun pemerintahan yang sekarang, tentu kita perlu melihat dulu, minimal apa yang sudah terjadi dan dilakukan oleh pemerintah saat ini untuk kepentingan rakyat banyak.

Kantor Staf Kepresidenan (KSP) sudah mempublikasikan laporan tahunan di situs resminya ksp.go.id tentang apa saja yang sudah dilakukan pemerintah dalam satu tahun ini. Minimal ada 5 poin yang dilaporkan sebagai capaian dalam satu tahun ini, yaitu : 1. Sumber Daya Manusia, 2. Infrastuktur dan Energi, 3. Transformasi Ekonomi, 4. Reformasi Birokrasi dan Regulasi (termasuk UU Cipta Kerja yang dianggap sebagai penyederhanaan regulasi), dan 5. Indonesiasentris (yang intinya adalah membangun segala sektor di pelosok tanah air hingga terwujudnya keadilan yang merata).

Dengan laporan yang ada ini, tentu saja kita perlu mengapresiasi apa yang sudah dilaporkan ini. Kalau ditanya apakah baik apa yang sudah dilakukan ini? maka bisa saja kita mengatakan iya. Tetapi apakah masih ada yang bisa ditingkatkan? maka jawabnya pun tentu saja ada. Seperti kata pembuka di awal tadi, baik saja untuk kondisi rakyat saat ini tentu tidak cukup. Kita butuh lebih dari sekadar baik. Kita butuh better dan seterusnya untuk kondisi rakyat saat ini.

Tetapi begini. Jangankan menjadi pimpinan sebuah negara. Menjadi karyawan saja (contoh) yang sudah puluhan tahun, tetap saja ada hal yang bisa diperbaiki setiap tahunnya kan? Padahal seolah-olah dia sudah mahir mengerjakan itu selama puluhan tahun. Lalu mengapa ini terjadi? salah satu alasannya adalah karena zaman dan masa yang terus berubah dan tentu saja menuntut pendekatan yang berganti pula.

Begitu juga dalam memimpin sebuah negara. Tentu banyak sekali ruang yang bisa diperbaiki dan ditingkatkan untuk kesejahteraan rakyat. Perbaikan dan peningkatan dalam komunikasi politik seputar omnibus law misalnya, adalah salah satu contoh nyata bagaimana ada ruang perbaikan yang begitu nyata perlu dilakukan segera dan secepatnya.

Kalau saja komunikasi antarlini seputar UU ini bisa berjalan lembut antarpihak yang terlibat, rasanya gelombang penolakan UU ini tidak akan segencar seperti sekarang. Tetapi ruang ini bisa terus dibenahi dan diperbaiki jika pemerintah serius menghendakinya.

Utang luar negeri yang terus membengkak juga adalah bagian lain yang perlu dibenahi. Meskipun dalam beberapa kesempatan sering dikatakan kalau beban utang itu masih relatif aman terhadap GDP, namun masyarakat awam perlu dipahamkan tentang situasi yang ada, hingga tidak menimbulkan gejolak dan stigma yang negatif terhadap pemerintah.

Lagi-lagi komunikasi politik perlu dipraktikkan, bahkan bila perlu harus menyentuh hingga ke sendi-sendi masyarakat paling dasar sekalipun. Jika hal ini diabaikan, maka tentu saja akan kembali berpotensi terjadi perbedaan. Padahal bisa jadi, perbedaan yang muncul disebabkan karena bedanya pemahaman dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. 

Tetapi yang paling penting tentu saja adalah, bagaimana kita sebagai rakyat menyikapi setiap kebijakan dengan kepala dingin. Jika harus mengkritisi, maka perlu dilakukan secara elegan dan selalu menjaga ketertiban umum dan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.

Masih ada 4 tahun ke depan. Tentu kita selalu berharap kalau di tahun selanjutnya selalu lebih baik dari tahun yang telah lewat. Dan tahun yang setelahnya pun akan lebih baik dari tahun depan dan begitu selanjutnya. Lebih baik dalam artian yang sesungguhnya. Lebih baik dalam hal kinerja, komunikasi politik dan lain sebagainya.

Dan tentu saja mari kita doakan bersama untuk pemimpin kita dan juga untuk bangsa kita tercinta agar selalu di dalam lindungan Allah SWT.

Semoga bermanfaat

Be The New You

TauRa

Rabbani Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun