Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Benarkah SBY Playing Victim?

15 Oktober 2020   10:53 Diperbarui: 15 Oktober 2020   20:09 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamika turunan dari UU Cipta Kerja terus saja bergulir. Setelah menerima banyak protes dan demonstrasi dari berbagai kalangan, draf "final" yang terus berubah, meski akhirnya final juga, hingga perbedaan pendapat di kalangan elit tentang pro-kontranya UU Cipta Kerja ini dan banyak hal lain yang terus berkembang.

Tidak berhenti sampai di sana, SBY juga "turun gunung" untuk menyampaikan pandangannya seputar keputusan Demokrat yang berbeda pandangan tentang UU Cipta Kerja ini ketika disahkan di DPR.

Pada bagian ini tentu saja semua masih terlihat normal dan biasa saja. Tetapi menjadi sangat menarik kemudian ketika SBY, dalam sebuah video yang diunggah di akun Youtube resminya.

Format video itu terlihat SBY bicara santai dengan beberapa orang seperti dalam forum diskusi. SBY kemudian menjawab seputar "dugaan" menunggangi pergerakan massa demo omnibus law yang berakhir ricuh.

"Saya enggak tahu, enggak tahu. Barangkali nasib saya dibeginiin terus ya. Enggak tahu saya. Memang kalau saya ikuti ya kembali seperti yang saya alami pada tahun 2016 lalu saya dituduh, difitnah, menunggangi, menggerakkan, membiayai sama dengan sekarang sebuah gerakan unjuk rasa besar waktu itu," kata SBY.

Lalu muncul pertanyaan, mungkinkah SBY sebenarnya sedang playing victim atau merasa menjadi korban dengan pernyataannya ini? Apakah SBY mulai menjadi melankolis, mudah tersungging dan tersinggung, padahal pemerintah sama sekali tidak pernah menyebut nama siapapun dalam hal ini?

Dugaan dan asumsi tentu saja bermunculan. Ada yang menganggap demikian. Ada yang menganggap tidak, biasa saja dan lain sebagainya. Ada juga (mungkin) yang menganggap keluarnya SBY adalah momentum yang tepat untuk menaikkan elektabilitas Demokrat kembali, terlebih setelah mereka "menolak" UU Cipta Kerja ini yang seolah-olah dianggap menyuarakan kepentingan rakyat banyak.

Semua opini tentu saja bertebaran menyikapi "turun gunung"-nya SBY yang secara khusus membahas tentang sikap Demokrat dan polemik UU Cipta Kerja ini. Selama opini itu tidak menyudutkan dan merugikan pihak lain, maka silakan saja. 

Tetapi ketika opini itu sudah menggiring opini lain, apalagi sampai memburukkan sosok tertentu apalagi SBY, rasanya setiap kita perlu menahan diri. Karena bagaimanapun, beliau adalah mantan Presiden kita yang sangat berprestasi dan diakui di kalangan Internasional tentang kepemimpinannya.

Lalu benarkah pernyataan itu adalah indikasi kalau SBY sedang playing victim? Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai kalau SBY terlalu sensitif menghadapi dugaan atau tuduhan semacam itu. Menurutnya, pihak pemerintah tidak pernah menyebut nama SBY sebagai biang kerusuhan.

Apakah sensitif identik dengan playing victim? Tentu saja Pangi punya pikiran sendiri, begitupun dengan saya, Anda dan kita semua. Apakah kemudian sensitivitas itu juga dilatarbelakangi oleh hubungan yang "hangat" antara dua partai besar yaitu Partai Demokrat yang berdiri di tengah dengan PDIP yang mendukung pemerintah? Itu juga hanya mereka yang terlibat di dalamnya yang tahu persis.

Sekali lagi, manusia hanya bisa melihat apa yang terlihat. Sedangkan apa yang tidak terlihat, seperti perasaan orang (senang, marah, benci, sensitif dan sebagainya), yang paling tahu hanyalah orang yang merasakan itu. Adapun orang lain hanya bisa menduga, menerka dan memperkirakan tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Lalu apakah sekarang Anda sudah tahu jawabannya apakah SBY playing victim atau tidak dengan pernyataannya itu? Kalau tidak, rasanya Anda sudah menjadi manusia "seutuhnya" karena tidak bisa melihat apa yang tidak terlihat. 

Kalau Anda menjawab iya, maka selamat, Anda mungkin termasuk sedikit orang yang punya "indra keenam" yang (seolah-olah) tahu apa yang dirasakan orang lain, melebihi orang yang merasakannya.

Tetapi yang paling penting saat ini tentu saja adalah, mari setiap kita, termasuk elit dan tokoh politik di Indonesia untuk mengedepankan kalimat yang menyejukkan di banding kalimat-kalimat yang memancing kegaduhan dan sejenisnya, apalagi di tengah situasi yang tidak mudah ini.

Semoga bermanfaat

Be The New You

TauRa

Rabbani Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun