Ingat, kita tidak akan mungkin memandikan mayat kita sendiri. Kita butuh orang lain bahkan jika betapa kaya dan hebatnya pun kita.
I (Iri)
"Perbandingan terbaik adalah membandingkan dirimu saat ini dengan dirimu sebelumnya, bukan dengan membandingkan dirimu dengan orang lain" (TauRa)
Iri bisa menjangkiti siapa saja. Ketika melihat (seolah-olah) orang lain mendapatkan nikmat lebih banyak, sedangkan kita tidak, maka sering muncul rasa iri ini.
Misalnya, ada orang yang baru satu tahun kerja sudah promosi, sedangkan ada yang sudah enam tahun kerja belum juga promosi, iri. Ada lagi yang tetangganya baru beli mobil baru, sedangkan dia sudah 10 tahun tidak ganti mobil, iri.
Adalagi (mungkin) orang yang punya anak banyak atau keluarga harmonis, sedangkan di sisi lain ada keluarga yang menyaksikannya selalu bertengkar dan tidak punya anak, iri. Dan lain sebagainya.
Tetapi jangan salah, tidak semua iri buruk. Iri melihat orang bisa bersedekah lebih banyak, justru bagus. Iri melihat orang yang dermawan karena kaya raya sedangkan orang yang iri itu juga ingin seperti itu tanpa mengharapkan karunia orang yang diirikannya itu berkurang, justru baik.
Tetapi ingat, kata kuncinya adalah, jangan pernah mengharapkan karunia orang yang diirikan itu berkurang. Iri ini bersumber dari hati. Untuk itu, salah satu cara mengurangi rasa iri adalah dengan berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain.
D (Dengki)
Dengkin sedikit lebih akut dari iri. Dengki ini sudah mengharapkan seutuhnya kalau nikmat daripada orang yang tidak disenanginya itu hilang. Bahkan, orang yang dengki tak jarang sudah menuangkan kebenciannya dalam bentuk aksi.
Kalau iri masih sebatas perasaan, sedangkan dengki sudah mulai berani mengubah perasaannya menjadi tindakan. Contohnya, si A dengki dengan si B, maka si A tidak sungkan untuk memecahkan ban mobilnya si B, mengganggu pribadinya dan lain sebagainya yang tidak jarang dilakukan dengan melibatkan fisik.
Tentu saja dengki lebih berbahaya dibanding iri. Meskipun demikian keduanya perlu kita hindari dengan salah satu kuncinya adalah dengan tidak membandingkan diri kita dengan orang lain.
S (Serakah)
Jika manusia sedang berada dalam sebuah ruangan yang penuh dengan emas, lalu diminta mengambil emas sesuka hari kita, kira-kira berapa keping yang akan kita ambil? berapa karung? apa pakai tronton sekalian?
Ya, itu adalah watak manusia pada umumnya. Tidak akan mungkin puas dengan yang ada. Kalau saat ini punya motor, pasti maunya punya mobil, setelah itu maunya punya helikopter, pesawat terbang dan begitu seterusnya.